News

Survei IPO: Masyarakat Lebih Pilih Perubahan Ketimbang Lanjutkan Program Jokowi


Lembaga Survei Indonesia Political Opinion (IPO) menyampaikan secara umum publik menggunakan alasan-alasan emosional sebagai pertimbangan dalam memilih. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah saat merilis survei terbaru IPO periode 1-7 Januari 2024.

“Kemampuan memimpin mendapat porsi terbesar sebagai alasan memilih sebanyak 61.5%, diikuti Ingin Perubahan sebesar 57%. Berbanding terbalik dengan tema Melanjutkan Jokowi yang hanya 22.5%,” ujar Dedi dalam rilis survei bertajuk ‘ Isu Sosial Kemasyarakatan dan Politik’ di Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Justru, kata Dedi, alasan yang selama ini banyak disingggung publik justru tidak banyak digunakan sebagai alasan untuk memilih.

“Misalnya tema religius yang hanya 8.4%,” kata Dedi.

Diketahui, survei dilakukan pada periode 1-7 Januari 2024, melibatkan sebanyak 1200 responden. Survei menerapkan metode multistage random sampling yang tersebar proporsional di seluruh Provinsi di Indonesia. Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (Margin of Error/MoE) 2.50 persen, dengan tingkat akurasi data 95 persen.

Peneliti terlebih dahulu menentukan sejumlah Desa untuk menjadi sample, pada setiap desa akan dipilih secara acak – menggunakan random kish grid paper– sejumlah 5 rukun tetangga (RT), pada setiap RT dipilih 2 keluarga, dan setiap keluarga akan dipilih 1 responden dengan pembagian laki-laki untuk kuesioner bernomor ganjil, perempuan untuk bernomor kuesioner genap, total responden laki-laki dan perempuan pada pembagian 50:50 persen. Pada tiap-tiap proses pemilihan selalu menggunakan alat bantu berupa lembar acak.

Dengan teknik tersebut memungkinkan setiap anggota populasi (responden) mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden. Untuk menguji validitas responden dan proses wawancara, survei ini dilengkapi dengan aktifitas spot check pada 15 persen sampel dari total populasi sampel.

 

Back to top button