Market

Sowan ke Wantimpres, Mendag Zulhas Sampaikan Prestasi Ekonomi 2022

Sepanjang 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melampaui sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel) atau China.

Mengilapnya kinerja perekonomian 2022 disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan saat bertemu Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto, Jakarta, Rabu (9/2/2023).

Pada 2022, dipaparkan Mendag Zulhas, perekonomian Indonesia bertumbuh 5,31 persen. mampu mengungguli sejumlah negara maju seperti AS yang perekonomiannya tumbuh 2,1 persen, Korea Selatan 2,6 persen, China 3 persen dan Uni Eropa 3,6 persen.

Tak hanya pertumbuhan ekonomi yang melesat, kata Mendag Zulhas, angka inflasi Indonesia sepanjang 2022, terkendali dengan baik. Angkanya mencapai 5,51 persen.

Pernyataan Ketum PAN itu, benar adanya. Capaian inflasi Indonesia pada 2022, lebih rendah ketimbang Spanyol yang inflasinya 5,8 persen, Peru 8,46 persen dan Portugal 9,6 persen. Artinya, pergerakan harga barang khususnya pangan di Indonesia, cukup terjaga.

Yang tak kalah membanggakan, menurut Mendag Zulhas, surplus neraca perdagangan 2022 mencetak rekor terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Angkanya mencapai US$54,53 miliar, setara Rp817,95 triliun (kurs Rp15.000/US$).

“Surplus diperoleh dari ekspor 2022 yang mencapai 291,98 miliar dolar AS (Rp4.379,7 triliun) dan impor sebesar 237,45 miliar dolar AS (Rp3.561,75 triliun),” papar Mendag Zulhas.

Masih kata Mendag Zulhas, terdapat tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar pada 2022, yakni AS sebesar US$18,89 miliar (Rp283,35 triliun), India sebesar US$16,16 miliar (Rp242,4 triliun), dan Filipina sebesar US$11,41 miliar (Rp171,15 triliun).

Mendag Zulhas mencatat tiga komoditas ekspor nonmigas yang menyumbang surplus neraca perdagangan terbesar pada 2022. Yakni, lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$34,83 miliar (Rp522,45 triliun), bahan bakar mineral sebesar US$26,10 miliar (Rp391,5 triliun), serta besi dan baja sebesar US$13,89 miliar (Rp208,35 triliun).

Tantangan Ekonomi 2023 dan 2024

Di sisi lain, Mendag Zulhas membeberkan sejumlah tantangan ekonomi global. Di mana, perekonomian global pada 2023 dan 2024, diproyeksikan melambat ketimbang 2022.

Pada 2023, proyeksi ekonomi hanya tumbuh 2,9 persen, sedangkan 2024 agak naik menjadi 3,1 persen. Sedangkan inflasi diproyeksikan membaik, mencapai 6,6 persen pada 2023 dan 4,3 persen pada 2024.

Terkait kinerja perdagangan Indonesia di masa depan, khususnya dalam menjaga neraca perdagangan tetap menjadi fokus. Meski banyak tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari ancaman resesi dan stagflasi global; inflasi global serta krisis pangan dan energi; meningkatnya penggunaan trade restriction dan trade remedies di berbagai negara mitra dagang; meningkatnya isu multidimensi, termasuk geo politik seperti ketegangan AS-RRT, Rusia-Ukraina yang belum berakhir; penurunan harga komoditas dunia; isu perdagangan hijau dan dekarbonisasi.

Untuk proyeksi neraca perdagangan, Mendag Zulhas optimis tetap mendulang surplus pada 2023. Proyeksinya, surplus berada di kisaran US$40,4 miliar (Rp606 triliun) hingga US$44,9 miliar (Rp673,5 triliun). Dengan pertumbuhan ekspor nonmigas antara 1,2 persen hingga 3,7 persen, dan pertumbuhan ekspor barang dan jasa antara 5,3-6,6 persen.

Untuk menjaga neraca perdagangan, lanjut Mendag Zulhas, Kemendag menggencarkan peningkatan perdagangan dengan negara nontradisional, khususnya kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan. “Selain itu, Kemendag meningkatkan pemanfaatkan perjanjian kerja sama perdagangan untuk mendorong kinerja ekspor nonmigas Indonesia,” pungkas Mendag Zulhas.

Back to top button