Market

SKK Migas Targetkan Investasi Eksplorasi Capai Rp45 Triliun

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan peningkatan investasi eksplorasi hingga 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp45 triliun di tahun 2023.

Alokasi dana tersebut untuk dapat mengoptimalkan potensi hulu migas yang masih menjanjikan. Peranannya pun semakin dibutuhkan karena tidak hanya sebagai sumber penerimaan negara tetapi juga modal pembangunan.

Di tengah proses transisi yang tengah berlangsung dari energi fosil ke energi bersih, kebutuhan energi minyak dan gas terus meningkat. Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak dan gas hingga 2050 akan terus meningkat, kebutuhan minyak meningkat 139% dan kebutuhan gas meningkat 298%.

Meskipun secara prosentase bauran energi minyak dan gas menurun, namun dari volume mengalami peningkatan. Untuk itu, peningkatan produksi migas menjadi sebuah kebutuhan dan harus didukung penemuan cadangan migas yang baru agar produksi bisa berkelanjutan.

“Berdasarkan tren transisi energi maka pertumbuhan penggunaan gas akan lebih tinggi dibandingkan minyak, karena gas relatif bersih dan diterima dalam era energi transisi,” demikian mengutip laman resmi SKK Migas, Senin (22/5/2023).

Peningkatan produksi migas nasional di tahun 2030 yaitu minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD), tulang punggunya tentu adalah eksplorasi karena cadangan yang telah diproduksi harus digantikan dengan penemuan yang baru. Oleh karenanya investasi eksplorasi menjadi sangat penting.

Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara menyampaikan kebijakan untuk meningkatkan investasi eksplorasi. Salah satu yang menjadi acuan dari investor adalah daya saing antar negara terkait investasi hulu migas.

Berdasarkan data dari Wood Mackenzie prospectivity dan attractiveness di Indonesia berada tingkat menengah, di tataran negara sekitar kawasan, posisi Indonesia lebih baik dibandingkan Thailand dan Brunei, namun masih lebih rendah jika dibandingkan Vietnam, Malaysia dan Australia.

Penemuan besar dalam 15 tahun terakhir, banyak terjadi di negara-negara yang menawarkan rezim fiskal hulu migas yang sederhana dan menarik investor. Ini dilakukan Brazil, Guyana, Suriname dan Mozambik.

Saat ini Pemerintah terus meningkatkan daya saing investasi hulu migas, upaya ini terlihat dengan semakin meningkatnya minat investasi di sektor eksplorasi. Untuk tahun 2023, rencana investasi hulu migas mencapai 1,7 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 112% dan tercatat adalah investasi eksplorasi tertinggi sejak tahun 2015.

Lebih lanjut, Benny menyampaikan jika tahun 2023 jumlah pengeboran sumur eksplorasi ditargetkan sebanyak 57 sumur. Tahun 2024 diperkirakan akan meningkat hingga 97 sumur. Dan untuk tahun 2025 serta seterusnya ditargetkan bisa di atas 100 sumur.

Untuk merealisasikan target tersebut dibutuhkan investasi eksplorasi yang besar hingga sekitar  3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp45 triliun. Sebagai industri yang memiliki resiko tinggi dan butuh waktu yang lama sejak eksplorasi hingga bisa diproduksi, maka iklim investasi hulu migas harus dijaga betul, tidak cukup hanya menarik tetapi juga memberikan kepastian secara hukum.

Pada kesempatan yang sama Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi, Muharram Jaya Penguriseng menyampaikan kebutuhan energi migas tidak turun tapi justru meningkat. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional, pada tahun 2050 kebutuhan energi secara nasional mencapai sekitar 1.000 MTOE dengan prosentase 44% berasal dari minyak dan gas, sehingga ada sekitar 440 MTOE yang harus dipenuhi.

Potensi migas di Indonesia masih menjanjikan, saat ini cekungan migas yang sudah disentuh 20% yaitu sudah punya license (Wilayah Kerja) yang sudah dibor lebih kecil lagi prosentasenya. Yang belum disentuh ada 80% sehingga secara peluang masih menarik.

Muharram menyampaikan bahwa tahun 2021 success ratio (SR) pengeboran oleh Pertamina sebesar 36%, tahun 2022 SR meningkat menjadi 64,7% dan hingga Mei 2023 berhasil mencapai SR 100%. Temuan sumber daya pun berhasil ditemukan dalam beberapa pengeboran antara lain sumur GQX, Manpatu 1-X, dan WLL-001.

Upaya agresif Pertamina Hulu Energi menemui berbagai masalah seperti perijinan dan pengadaan lahan, pengadaan, ketersediaan dan kesiapan rig, serta hal-hal yang terkait dengan teknis operasional dan subsurface.

Back to top button