Market

Siapa Mendapat Berkah dari Perang Dagang Tiongkok-AS?

Meningkatnya ketegangan dua raksasa ekonomi, Amerika Serikat dan Tiongkok telah merestrukturisasi signifikan terhadap perdagangan global. Tiongkok bakal kehilangan posisi lamanya sebagai eksportir utama Amerika Serikat untuk pertama kalinya sejak 2006. Siapa mendapat berkah dari situasi tersebut?

Data terbaru dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan penurunan yang luar biasa sebesar lebih dari 20% pada impor barang AS dari Tiongkok selama Januari-November. Pangsa Tiongkok terhadap total impor AS telah anjlok menjadi 13,9%, yang merupakan persentase terendah sejak 2004. Penurunan ini sangat besar dibandingkan dengan puncaknya yang mencapai lebih dari 21% pada tahun 2017. Ekspor AS ke Tiongkok menunjukkan pertumbuhan minimal sepanjang tahun.

Untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Tiongkok, Meksiko diposisikan untuk menjadi eksportir utama ke AS sepanjang tahun, sebuah status yang belum pernah dipegangnya sejak tahun 2000. Impor AS dari Meksiko diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023, yaitu lebih dari 15% dari total selama 11 bulan pertama tahun ini. Uni Eropa juga mengalami lonjakan ekspor ke AS, yang mencapai angka tertinggi sepanjang periode yang sama. 

Mengutip Eurasian Times, pergeseran pola perdagangan AS ini terlihat jelas pada diversifikasi sumber produk-produk penting, seperti barang elektronik konsumen, yang secara tradisional sangat bergantung pada Tiongkok. Khususnya, impor ponsel pintar dari Tiongkok mengalami penurunan sebesar 10%, sementara impor dari India melonjak lima kali lipat. 

Demikian pula, impor laptop dari Tiongkok turun sekitar 30%, namun impor dari Vietnam meningkat empat kali lipat. Diversifikasi ini sejalan dengan kebijakan kemitraan pemerintahan Biden, yang menekankan pentingnya menjaga rantai pasokan di negara-negara sekutunya.

Pemerintah AS juga telah memilih untuk mempertahankan tarif senilai US$370 miliar terhadap produk-produk Tiongkok yang diberlakukan oleh pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Donald Trump. Selain itu, terjadi penurunan ekspor tahunan Tiongkok secara keseluruhan untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun pada 2023. Ekspor, yang diukur dalam dolar AS, berjumlah US$3,38 triliun, turun 4,6% dari tahun sebelumnya. 

Sebaliknya, ekspor Tiongkok mengalami peningkatan sebesar 7% pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan pengiriman luar negeri terakhir kali terjadi pada tahun 2016, ketika melemah 7,7%. Selain itu, impor juga mengalami penurunan pada tahun yang sama yaitu 5,5% menjadi US$2,56 triliun. Hal ini mengakibatkan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini mengalami surplus perdagangan sebesar US$823 miliar.

Ada Investasi China di Balik Ekspor Meksiko

Setelah meningkatnya pembatasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap Tiongkok, lanskap geopolitik mengalami perubahan yang signifikan. Meksiko menjadi salah satu penerima manfaat utama. 

Masih menurut Eurasian Times, sikap tegas Presiden Joe Biden, yang ditandai dengan tarif dan pembatasan ekspor teknologi penting dari Tiongkok, telah memicu penurunan tajam ekspor Beijing ke AS. Sementara di sisi lain, Meksiko telah menjadi tujuan utama bagi bisnis Tiongkok yang ingin menavigasi jaringan peraturan perdagangan internasional yang rumit. Salah satu perkembangan penting adalah lonjakan investasi Tiongkok di Meksiko sebagai salah satu upaya menghindari sanksi AS. 

Perusahaan-perusahaan Tiongkok mendirikan operasi industri baru di Meksiko, yang secara mendasar mengubah dinamika perdagangan di wilayah tersebut. Contoh penting termasuk Hisense, yang memulai produksi massal di pabrik canggih senilai US$260 juta, dengan fokus pada produksi lemari es dan peralatan lainnya yang ditujukan untuk pasar Amerika Utara.

Produsen mobil JAC Motors ikut serta dalam upaya ini dengan mendirikan pabrik perakitan di Meksiko. Tren ini tidak berhenti sampai disitu saja, SAIC Motor Corporation Limited salah satu dari tiga besar produsen mobil Tiongkok, berencana membangun pabrik di Meksiko. Hal ini menyoroti semakin pentingnya negara tersebut di mata pabrikan Tiongkok.

Pergeseran dinamika ini mencerminkan strategi Tiongkok yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan ekspor pada AS. Pemerintah Tiongkok juga secara aktif berupaya meningkatkan peran Yuan dalam pembayaran internasional, mencari alternatif selain dolar. 

Upaya ini mencakup transaksi dengan mitra penting seperti Rusia, Timur Tengah, dan Amerika Selatan. Ekspor Tiongkok ke Rusia, misalnya, melonjak lebih dari setengahnya dari bulan Januari hingga November 2023, bahkan mencapai rekor dalam setahun penuh.

Selain itu, Tiongkok menyaksikan peningkatan substansial dalam ekspor mobil sebesar 60% tahun-ke-tahun selama jangka waktu tersebut. Sebagian besar kendaraan ini menggunakan bahan bakar bensin dan mengalami penurunan permintaan di Tiongkok. Sebagai tanggapan, kendaraan ini dipasarkan dengan harga terjangkau di Timur Tengah dan Afrika.

Back to top button