Market

Dekan FEB Unbra Beberkan Bukti Industri Sawit Bukan Biang Kerok Deforestasi

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Brawijaya (FEB Unbra), Abful Ghofar menyebut kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak paling produktif ketimbang minyak nabati lainnya.

“Dari total areal perkebunan tanaman penghasil minyak nabati di dunia, kelapa sawit hanya memerlukan 10 persen saja. Namun dari sisi produksinya, kepala sawit bisa 39 persen dari total produksi minyak nabati dunia,” kata Abdul Ghofar dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Brawijaya, di Malang, Jawa Timur, Jumat (11/8/2023).

Hingga 2022, kata dia, luas perkebunan sawit di dunia mencapai 24,259 juta hektare (ha). Sedangkan luas lahan untuk tanaman kedelai lebih besar lagi, yakni 132,8 juta ha.

Menariknya, meski luasan tanam lebih kecil, namun produksi sawit lebih tinggi. Ratio produksi minyak berbasiskan sawit mencapai 3,2 ton/ha, sedangkan kedelai yang hanya 0,5 ton/ha.

“Dari perbandingan tersebut, tidaklah adil jika menuduh perkebunan sawit adalah pelaku utama deforestasi. Justru sawit bisa menjadi jawaban untuk mengurangi emisi karbon. Karena, pohon sawit mampu menyerap karbon maksimal ketimbang pohon jenis lain,” kata Abdul Ghofar.

Anggota Komisi IV DPR, Firman Soebagyo yang menjadi salah satu narasumber dalam seminar tersebut, mengatakan, kelapa sawit merupakan komoditas unggulan dan penghasil devisa besar bagi Indonesia. Tahun lalu, penerimaan negara mencapai Rp600 triliun dari ekspor produk sawit. hal ini patut mendapatkan perhatian hukum melalui penerbitan Undang-undang khusus komoditas strategis.

“Indonesia sangat perlu menerbitkan Undang-Undang tentang Komoditas Strategis sebagai upaya menjaga ketersediaan pangan dan energi sekaligus tulang punggung perekonomian nasional,” katanya.

Firman melanjutkan, Indonesia patut meniru beberapa negara lain melindungi produk unggulan dan strategis mereka. Misalnya Turki memiliki UU perlindungan tembakau, Jepang untuk komoditas beras, Amerika Setikat melindungi komoditas kedelai, kapas, jagung dan gandum.

“Bahkan Malaysia justru telah lama memiliki lembaga khusus sebagai pengelola kelaa sawit secara komprehensip,” kata politkus Partai Golkar itu.

Back to top button