Market

Imbas Perang Rusia, Investasi Rosneft di Kilang Tuban Molor

Siapa sangka salah satu raksasa minyak asal Rusia, Rosneft Singapore Pte Ltd yang begitu perkasa, sejak negaranya perang dengan Ukraina kini terpuruk. Salah satu imbasnya, rencana investasi kilang di Tuban Jatim menjadi runyam.

Proyek kilang senilai US$13,5 miliar setara dengan Rp205,05 triliun itu dikerjakan PT Pertamina (Persero) bersama dengan mitra Rusia, Rosneft Singapore Pte Ltd, saat ini masih belum jelas. Gegara invasi Rusia melakukan invasi ke Ukraina sejak awal 2022 lalu menyulitkan Rosneft mengakses pendanaan, teknologi hingga jasa kontruksi kilang.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak tinggal diam. Bahkan terbaru segera memberikan batas waktu keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) proyek strategis nasional (PSN) grass root refinery (GRR) Tuban hingga tahun depan.  

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan kementeriannya masih memberi tambahan waktu hingga tahun depan setelah tenggat FID proyek pengerjaan kilang baru itu beberapa kali mengalami kemunduran.  

“Masih ada waktu sampai tahun depan,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/9/2023) pekan ini.    

Dalam kesempatan itu, Tutuka mengatakan sanksi itu secara tidak langsung mengenai Rosneft. Dengan demikian, dia mengatakan, proyek itu masih dapat dilanjutkan untuk menentukan keputusan akhir investasi pengerjaan kilang baru tersebut.  

“Mereka masih ada waktu, jadi mereka itu bukan yang langsung kena sanksi begitu, [FID] masih bisa diputuskan,” katanya.

Sebenarnya, Kementerian ESDM awalnya menagih kepastian investasi itu  pada Juni tahun ini, setelah beberapa kali pengunduran.  

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) pernah mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban kepada rekanan bisnis mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.  

Direktur Utama PT KPI, Taufik Aditiyawarman mengatakan, pengajuan mitra baru itu dilakukan seiring dengan dampak sanksi dunia barat yang mulai terasa untuk penyelesaian FID salah satu PSN tersebut.  

“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kami harus ambil partner lain untuk balance, sudah kami komunikasikan. Kami kan mesti kasih tahu juga ke pihak Rosfneft bahwa karena konflik Ukraina ada implikasi itu,” kata Taufik saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023) saat itu.

Dia menuturkan, pengajuan itu sudah disampaikan direksi KPI kepada Rosneft pada April 2023 lalu lewat video conference. Taufik berpendapat penambahan mitra baru mesti dilakukan untuk mengimbangi sanksi yang saat ini diterima Rosneft.    

Taufik mengatakan, FID GRR Tuban ditarget rampung pada triwulan pertama 2024. Dia menegaskan diskusi lebih lanjut soal FID untuk rencana eksekusi proyek masih tetap berlanjut bersama dengan Rosneft di tengah risiko sanksi saat ini.  

“Kami sekarang masih tahap prakualifikasi lelang untuk mendapatkan harga dari pasar seperti apa untuk engineering, procurement and construction (EPC)-nya ya, kan itu ada delapan paket,” kata dia.  

Adapun, kilang ini bakal memproduksi 300.000 barel minyak per hari (bph) dengan kualitas produk EURO 5. Sementara itu, proyek pengembangan kilang dipastikan tertunda dari rencana operasi yang awalnya dipatok pada 2027. Selain dampak geopolitik global, tertundanya pengerjaan kilang itu juga disebabkan karena minimnya fasilitas penunjang sekitar proyek yang membuat investasi cenderung tidak menarik untuk dikembangkan.   
 

Back to top button