Market

Sama-sama Kena El Nino, Thailand Bisa Ekspor Beras ke Indonesia


Terkait alasan impor beras besar-besaran pada 2023 dan 2024, berkali-kali Presiden Jokowi menyebut El Nino. Padahal, tak hanya Indonesia yang mengalami kemarau kering dampak El Nino. Thailand juga kena, namun negeri itu bisa ekspor beras.

Pegiat media sosial (medsos), Lukman Simandjuntak tertarit untuk menyoroti hal itu. “Sama-sama kena El Nino, rakyat Indonesia babak belur karena beras naik. Sementara Thailand malah bisa ekspor beras,” tulisnya di akun media sosial X @hipohan, dikutip Rabu (27/2/2024).

Lukman juga membandingkan pernyataan Presiden Jokowi dengan Tom Lembong soal penyebab kenaikan harga beras. “Kalian lebih percaya siapa? Penyebab harga beras naik dan langka di pasar karena El Nino, sementara menurut Tom Lembong penyebabnya karena El Pino,” ungkapnya.

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian pernah menjelskan mengapa Thailand yang terkena El Nino namun bisa ekspor beras. Karena konsumsi beras di Thailand rendah. Jumlah penduduknya beda dengan Indonesia. Sehingga negeri Gajah Putih itu, mengalami surplus beras yang luar biasa besar.

Pada 2023, kemarau El Nino terjadi juga di Thailand. Akibatnya, produksi beras diprediksi turun 871 ribu ton, menjadi 25,8 juta ton. Berdasarkan data IMF, jumlah penduduk Thailand hanya 70,27 juta jiwa, konsumsinya berasnya tak lebih dari 11 juta ton per tahun.  Sehingga ada surplus beras sekitar 14,8 juta ton.

Beda nasib dengan Indonesia yang jumlah penduduknya 270 juta orang, konsumsi berasnya mencapai 30,8 juta ton. “Sedangkan produksi beras pada 2023 karena El Nino turun menjadi 30,9 juta ton,” tambah Eliza.

Memang ada surplus meski tipis di tahun lalu. Akan tetapi, pemerintah memutuskan mengimpor 3 juta ton beras pda tahun ini. Sebanyak 1 juta ton berasal dari India dan 2 juta ton dari Thailand.

Bisa jadi, majunya sektor pertanian di Thailand berkat dukungan pemerintah yang cukup tinggi. Pada 2023, Kabinet Thailand mengalokasikan bantuan 56 miliar baht, setara Rp24,4 triliun kepada petani padi yang baru saja merugi karena anjloknya harga.

Selain itu, petani padi diberikan bantuan 1.000 baht untuk setiap rai (0,16 hektare) lahan. Bantuan ini dibatasi tidak melebihi 20 rai. Beda nasib dengan petani Indonesia yang selalu kesulitan mendapatkan pupuk. 
 

Back to top button