Market

Said Didu: Tanpa Utang, Indonesia Sudah Bangkrut

Mantan Sekretaris Menteri BUMN, M Said Didu menyebut Indonesia pada 2024, sudah bangkrut, bila tidak menambah utang.

“Saya menantang mereka-mereka yang menyebut Indonesia belum bangkrut. Tanpa utang, keuangan negara sudah minus hampir Rp1.000 triliun. Itulah kepada presiden ngotot menambah utang baru pada 2024 sebesar Rp1.250 triliun,” kata said Didu dikutip dari YouTube Bang Edy, Jakarta, Senin (28/8/2023).

Selanjutnya, Said Didu menguliti satu per satu mata anggaran dalam RAPBN 2024. Di mana, pemerintaan negara dipatok Rp2.971 triliun.

Sementara belanja mandatory yang terdiri dari anggaran pendidikan Rp436 triliun, gaji pegawai Rp500 triliun, pembayaran bunga utang Rp500 triliun, pokok utang Rp600 triliun, transfer ke daerah Rp800 triliun, dana desa Rp70 triliun, dan anggaran kesehatan diasumsikan Rp145 triliun (5 persen dari anggaran). Total jenderal Rp3.051 triliun.

“Ada minus sekitar 270 triliun. Kalau ditambah subsidi naik menjadi (minus) Rp555 triliun. Ditambah anggaran perbaikan jalan maka minusnya menjadi Rp726 triliun,” kata Said Didu.

Dari perhitungan tadi, dirinya, mempertanyakan, bagaimana mungkin Presiden Jokowi akan membiayai mega proyek IKN Nusantara bukan dari duit utangan. Demikian pula pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur pertanian, seperti irigasi dan jalan baru, pastilah dari dana utangan.

“Demikian pula duit untuk Pemilu 2024, ada enggak? Artinya, tanpa utang, negara kita sudah bangkrut. Apakah ini perlu dilanjutkan? Saya kira yang tepat adalah perubahan,” tegas Said Didu.

Sementara, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024, postrunya semakin sehat dengan defisit 2,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka itu, kata dia, lebih rendah ketimbang defisit APBN 2020 saat terjadi pandemi COVID-19 yang tercatat 6,14 persen. “APBN kita posturnya akan makin sehat. Defisit kita menurun sangat tajam dari Rp947,7 triliun atau 6,14 persen terhadap PDB pada 2020 menjadi Rp522,8 triliun atau 2,29 persen terhadap PDB,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan Tahun Anggaran 2024 di Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Defisit dalam RAPBN 2024, kata dia, lebih rendah ketimbang APBN 2023 yang mencapai 2,84 persen, maupun outlook yang diperkirakan 2,30 persen pada tahun ini.

Sri Mulyani, menjelaskan, proyeksi defisit RAPBN 2024 diperoleh dari pendapatan negara Rp2.781,3 triliun dan belanja negara Rp3.304,1 triliun, sehingga defisitnya Rp522,8 triliun.

Back to top button