Market

Rupiah Tembus ke Rp15.600/USD, BI: Ketidakpastian AS Bisa sampai November

Penurunan nilai tukar rupiah hingga tembus Rp15.600 per dolar AS pada awal perdagangan Rabu (4/10/2023) disebabkan memburuknya sentimen pasar terhadap perekonomian di AS.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengungkapkan penyebab rupiah yang tertekan lagi terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sebagai akibat pernyataan dari dewan gubernur The Federal Reserve (The Fed) yang membuat tekanan yang besar pada perekonomian AS.

“Dengan ada pernyataan dari member bank sentral mereka itu langsung swing market gede sekali. Anggota dewan gubernur di AS, mereka bebas mengeluarkan pandangannya. Jadi ini yang menimbulkan ketidakpastian sehingga memengaruhi dan bukan hanya ekonomi AS tapi secara global,” ujar Destry dalam Seminar Nasional Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), Rabu (4/10/2023).

Dengan pernyataan dari dewan gubernur The Fed tersebut, tentang tren inflasi masih tinggi. Dampaknya, suku bunga acuan AS atau Fed Fund rate (FFR) akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

Padahal, sebelumnya The Fed menyatakan hanya akan menaikkan suku bunga acuannya sekali lagi pada pertemuan FOMC di November 2023 mendatang.

“Tiba-tiba dua hari yang lalu salah satu board membernya menyampaikan ini inflasi masih tinggi. Nampaknya The Fed harus pertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama. Tambahan lagi November akan ada kenaikan FFR naik lagi 25 basis poin FFR akan sama dengan BI Rate kita 5,75 persen,” ungkapnya.

Destry menjelaskan, pernyataan dari salah satu dewan gubernur tersebut mengakibatkan indeks dolar (DXY) naik ke level 107, kemudian yield UST (US Treasury) dengan tenor 10 tahun naik ke level 4,7 persen, tertinggi sejak 2007. 

Back to top button