Market

Rupiah Dekati Rp16 Ribu, BI Dinilai Terlambat Naikkan Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia atau BI dinilai terlambat menaikkan suku bunga acuan. Penilaian itu mencuat lantaran bank sentral melakukannya setelah cadangan devisa terkuras dan rupiah yang melemah mendekati Rp16 ribu per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) pada Kamis (17/11/2022) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. Posisi BI 7 days reverse repo rate pada bulan ini angkanya menjadi 5,25%. Sementara suku bunga Deposit Facility sebesar 4,50%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6%.

“BI menaikkan lagi suku bunga acuan, 0,5% menjadi 5,25%, agak terlambat, cadangan devisa keburu terkuras, rupiah mendekati Rp16.000 per dolar AS,” kata Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) melalui pesan WhatsApp, Kamis (17/11/2022) malam.

Pada Jumat (18/11/2022) pagi, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 15 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp15.678 per dolar AS ketimbang posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.663 per dolar AS.

“Mudah-mudahan kenaikan ini cukup meredam rupiah agar tidak turun lebih dalam. Tapi, rupiah kok masih merosot?” tukas Anthony.

Sementara pengamat pasar modal Lucky Bayu Purnomo justru berpendapat sebaliknya. Ia bahkan menilai positif kenaikan suku bunga acuan tersebut. “Ini tidak menjadi sentimen negatif. Sebab, ini memang saatnya BI menaikkan suku bunga acuan. Apalagi, BI sudah cukup lama menahan tingkat suku bunga di level rendah karena COVID-19,” ujarnya.

Karena itu, dia menilai menjadi suatu hal yang wajar ketika kenaikan suku bunga BI sebesar 50 basis poin. “BI juga membutuhkan akselerasi dari beberapa kebijakan. Sebab, selama ini banyak sekali kebijakan BI yang dilonggarkan akibat COVID-19,” timpal Lucky.

Ia juga memandang bank sentral tidak telat menaikkan suku bunga acuan. Sebab, PDB sudah mengalami kenaikan. “Karena itu, pengaruh suku bunga terhadap PDB dalam kondisi saat ini jadi bersifat minor,” tuturnya.

Telat itu, kata dia, jika BI menaikkan suku bunga tinggi di tengah kondisi PDB turun dan inflasi tinggi. “Pada faktanya kan PDB kita naik kemudian kinerja IHSG juga di atas angka psikologis 7.000. Artinya, pasar juga masih memberikan apresiasi. Jika melihat kenaikan indeks (IHSG), berarti pasar memaknai positif kenaikan suku bunga acuan BI,” timpal dia.

Pada kuartal III-2022, Badan Pusat Statistik melaporkan, perekonomian periode Juli 2022 hingga September 2022 tumbuh 5,72% secara tahunan.

Back to top button