News

Mengenal Bapak Pelopor Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional yang diakui sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, ia lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman, Yogyakarta dan meninggal pada 26 April 1959 di Yogyakarta juga. Ki Hajar Dewantara memiliki peran yang sangat penting dalam memperjuangkan menyebarkan pendidikan modern di Indonesia. 

Ki Hajar Dewantara mempunyai visi untuk memajukan pendidikan yang merdeka berdasarkan budaya Indonesia dan melayani seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan kelas sosial atau ekonomi.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024, marilah sejenak kita lebih mengenal siapa Ki Hajar Dewantara dan kiprahnya bagi pendidikan di Indonesia.

1. Mendirikan Taman Siswa

post-cover
1. Pendopo Agung Taman Siswa, Yogyakarta. (Foto: kemdikbud.go.id)

Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa di Yogyakarta.

Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dasar kepada rakyat Indonesia secara luas, terutama kepada mereka yang tidak mampu mengakses pendidikan formal pada masa itu.

Pendirian Taman Siswa menjadi tonggak penting dalam gerakan pendidikan nasional di Indonesia.

2. Mencetuskan Sistem Pendidikan Merdeka

post-cover
Proses belajar mengajar di kelas. (Foto: Antara)

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pencetus pendidikan merdeka atau ‘keboedajaan’ (kebudayaan) dalam pendidikan. Ia memperjuangkan pendidikan yang tidak terikat oleh sistem kolonial dan menghargai nilai-nilai budaya Indonesia.

Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sarana untuk mencapai kemerdekaan sejati, bukan hanya politik, tetapi juga intelektual dan budaya.

Semasa era kolonialisme, Ki Hajar Dewantara aktif menentang kebijakan kolonial yang mengkhususkan pendidikan untuk anak-anak Belanda dan orang kaya. 

3. Pernah diasingkan ke Pulau Bangka

post-cover
Sebuah SMA Negeri di Pangkalpinang, Pulau Bangka. (Foto: Antara)

Ki Hajar Dewantara pernah diasingkan ke Pulau Bangka oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1913. Pengasingan ini dilakukan karena peran sertanya dalam gerakan pergerakan nasional Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan.

Bersama dengan dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan dr Soetomo mereka dikenal sebagai tiga serangkai yang menyebarluaskan nasionalisme Indonesia. Dia juga melontarkan kritikan melalui tulisan yang berjudul ‘Als Ik Eens Nederlander Was’ yang dalam bahasa Indonesia memiliki airti ‘Seandainya Aku Seorang Belanda’.

Meskipun diasingkan, Ki Hajar Dewantara tetap aktif dalam memperjuangkan pendidikan bagi rakyat Indonesia dan menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya.

4. Nilai-nilai Pendidikan yang Diajarkan

post-cover
 Ki Hajar Dewantara, sosok pahlawan yang memerdekakan Indonesia melalui pendidikan. (Foto: Dokumentasi LP3M Yogyakarta)

Ki Hajar Dewantara mengusung prinsip bahwa pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai kebangsaan, moral, dan kebebasan. Ia menekankan pentingnya pendidikan untuk membentuk karakter yang berkualitas dan berintegritas, serta mendorong setiap individu untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh.

Ki Hajar Dewantara juga dikenal karena pemikiran progresifnya dalam pendidikan dan kebangsaan. Ia mendukung pendidikan yang tidak hanya mengejar kecakapan akademis, tetapi juga membentuk karakter, moralitas, dan kebangsaan yang kokoh.

Pemikiran-pemikiran ini menginspirasi perkembangan pendidikan di Indonesia.

5. Kontribusi Pemikiran dan Karya

post-cover
Ki Hajar Dewantara: Pemimpin Pendidikan dan Pejuang Kemerdekaan. (Foto: Arsip Nasional)

Ki Hajar Dewantara juga dikenal sebagai penulis, penerjemah, dan penyair yang produktif. Karya-karyanya mencerminkan pemikiran progresif tentang pendidikan dan kebangsaan.

Salah satu karya terkenal miliknya adalah ‘Pujangga Baru’, yakni sebuah majalah sastra yang menjadi wadah untuk menyuarakan pemikiran-pemikiran progresif pada masanya.

Dia juga pencipta semboyan ‘Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani’. Semboyan ini mencerminkan konsep pendidikan yang holistik, di mana pendidik tidak hanya bertugas memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi teladan moral dan motivator bagi murid-muridnya.

Oleh karenanya, peran guru sangat penting dalam membimbing siswa dari tahap pengenalan, pembangunan, hingga pemberian dorongan dan dukungan.

6. Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional

post-cover
Ki Hajar Dewantara dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 1959. (Foto: Ist)

Ki Hajar Dewantara dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia sebagai penghargaan atas jasa-jasanya dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Pengakuan ini diumumkan secara resmi pada tahun 1959, setelah ia wafat pada tanggal 26 April 1959.

Pengakuan Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Nasional menegaskan pentingnya peran pendidikan dalam membangun bangsa Indonesia. Hari ulang tahunnya, yakni pada tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Indonesia untuk mengenang jasa-jasanya dalam memajukan dunia pendidikan.

Peringatan ini juga menjadi momen untuk menginspirasi generasi muda dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan yang merdeka, inklusif, dan berkualitas bagi masa depan bangsa.

7. Diangkat Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

post-cover
Patung Ki Hajar Dewantara. (Foto: Antara)

Pada tahun 1948, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pertama oleh Presiden Soekarno. Pengangkatan ini menunjukkan pengakuan atas kontribusi dan keahliannya dalam bidang pendidikan dan kebudayaan serta peran pentingnya dalam pembangunan nasional Indonesia.

Lalu pada tahun 1957, ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari universitas tertua Indonesia, yakni Universitas Gadjah Mada.

Ki Hajar Dewantara tidak hanya meninggalkan warisan berupa lembaga Taman Siswa, tetapi juga warisan nilai-nilai pendidikan yang terus dijunjung tinggi hingga kini.

Hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei juga ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Peringatan ini menjadi momen untuk mengenang jasa-jasanya serta untuk memperkuat komitmen Indonesia terhadap pembangunan pendidikan yang inklusif, merdeka, dan berkualitas bagi semua generasi Indonesia.

 

Back to top button