Hangout

Remy Sylado Meninggal Dunia, Fadli Zon Kenang Pertemuan Terakhir Ngobrol Tentang Elvis Presley

Senin, 12 Des 2022 – 14:00 WIB

Remy Sylodo

Fadli Zon saat bertemu Remy Sylado yang diunggah pada akun instagram pribadinya @fadlyzon. (Dokumentasi: Tangkapan layar dari instagram @fadlyzon).

Remy Sylado, sosok yang terkenal sebagai sastrawan meninggal dunia, Senin, (12/12/2022). Hal tersebut terungkap pada unggahan Fadli Zon di akun Instragram pribadinya @fadlizon. Kepergian Remy Sylado begitu membuatnya terkejut, lantaran beberapa hari lalu, Fadli Zon sempat menjenguk  Remi sebelum meninggal dunia.

“Selamat jalan Bang Remy Sylado. Baru beberapa hari lalu ngobrol tentang Elvis Presley dan manajernya Kolonel Tom Parker. RIP,” tulis Fadli Zon.

Pada unggahan foto Fadli Zon, terlihat Remy Sylado berbaring di atas kasur. Fadli Zon saat itu tengah mengajak ngobrol Remy beberapa hal tentan dunia hiburan.

Profile Remy Sylado

Remy Sylado memiliki nama lengkap Japi Panda Abdiel Tambajong lahir pada 12 Juli 1945. Pria yang lebih dikenal dengan nama pena Remy Sylado, adalah seorang sastrawan, dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan Indonesia keturunan MinahasaSulawesi Utara.

Kariernya berlangsung lebih dari lima dekade. Sebagai aktor ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar.

Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan tulisannya adalah Ca-bau-kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).

Penampilannya dalam drama romantis Tinggal Sesaat Lagi (1986), drama keluarga Akibat Kanker Payudara (1987) dan drama keluarga 2 dari 3 Laki-Laki (1989) mendapatkan apresiasi dan pujian kritis, yang kesemuanya itu membuatnya mendapatkan nominasi untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia, ketiganya sebagai Aktor Pendukung Terbaik.

Besar di lingkungan keluarga Tambayong di Malino, Ujung Pandang (kini Makassar). Masa kecil dan remaja dihabiskan di Semarang dan Solo.

Sejak kecil hobi bertanya tentang banyak hal terkait dengan urusan agama. Latar belakang agamanya yang kuat membuat orang tua Yapi mengirimnya untuk bersekolah ke seminari.

Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (sejak 1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (sejak 1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Dia menulis kritikpuisicerpennovel (sejak usia 18), dramakolomesai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi.

Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya.

Back to top button