Kanal

Ayo Kirim Akal Sehat Anda ke Inilah.com


Lanskap media di Indonesia sejak satu dekade terakhir berubah drastis. Sepanjang 2023 lalu misalnya, 84 persen orang Indonesia mengonsumsi berita dan informasi lewat media yang berbasis internet (media on line). Jauh meninggalkan media televisi, apalagi media cetak dan radio. 

Rata rata lama konsumsinya lebih dari 7 jam sehari. Ini sejalan dengan tumbuh suburnya media online di Indonesia, yang hingga akhir tahun lalu tercatat 43.300 media. Dari jumlah itu, yang terverifikasi faktual di Dewan Pers baru 1.537 media. 

Inilah.com yang reborn 17 Agustus 2021 lalu, juga ikut menuai berkah dari pergeseran habit orang mencari berita dan informasi. Pembaca kami terus tumbuh, menembus angka 20 juta. Kami juga sudah masuk dalam top 100 portal media di Indonesia. Ekosistem media sosial kami juga menuju ke angka sejuta pengikut. Dan yang penting, kami sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Jadi kualitas kami tak perlu diragukan lagi.

Singkat kata, inilah.com yang mengusung konsep jurnalisme solusi, semakin hari semakin baik, dan kian diperhitungkan.  

Itu pula yang membuat kami terus berbenah. Kami selalu berupaya membangun dan menjalin komunikasi dengan pembaca, kali ini lewat pengembangan konsep opini. Ini kami anggap penting untuk mewadahi kebebasan berpendapat yang belakangan terkesan mulai terusik. Salah satu indikatornya, kualitas demokrasi kita yang akhir akhir ini menunjukkan tren menurun. 

Data Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan, Indeks Demokrasi Indonesia masih masuk dalam kategori cacat (flawed democracy). Indeks Demokrasi Indonesia, selama era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono cenderung meningkat, dari 6,41 (2006) menjadi 6,95 (2014). Kemudian dalam pemerintahan Presiden Jokowi skornya berfluktuasi. Sempat mencapai 7,03 (2015) dan data terakhir turun lagi ke angka 6,71 (2022).

Terkait dengan itu, kami mengajak Anda, teman-teman penulis, akademisi, pengamat, dam kaum cerdik pandai, untuk mengirimkan karya-karya terbaik, berupa artikel, kolom, atau esai ke redaksi inilah.com. Kirimkan akal sehat Anda kepada kami.

Jangan sungkan. Tunggu apa lagi, bergabunglah bersama kami dalam rubrik “Suara dari Rimba” yang senantiasa menyuarakan kepentingan khalayak dan mendorong terus berkembangnya demokrasi di Indonesia.

Tentu kami membuat beberapa syarat dan ketentuan, sehingga artikel, kolom, atau esai yang kami muat punya manfaat untuk kemajuan Indonesia.  Apa saja syarat dan ketentuannya:

1.Tulisan berbentuk artikel, esai atau kolom yang mengulas beragam topik aktual dan kontroversial yang tengah ramai diperbincangkan publik. Menyangkut kepentingan orang banyak. 

2.Panjang tulisan maksimal tiga halaman kuarto, maksimum 1.200 kata, satu spasi dengan jenis huruf calibri font size 12.

3.Tulisan hanya dikirim ke redaksi inilah.com dan tidak dimuat di media massa lain, bukan hasil plagiat atau saduran.

4.Tulisan sepenuhnya pendapat pribadi penulis, bukan sikap redaksi inilah.com. Tulisan yang disukai adalah yang mewakili kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi atau golongan.

5.Redaksi inilah.com akan mengkurasi tulisan yang akan dimuat sesuai ketentuan EYD maupun kebijakan redaksi inilah.com.

6. Tulisan akan didistribusikan melalui jejaring media sosial inilah.com dan berhak dialihbentukkan menjadi gambar, ilustrasi atau materi promosi lainnya oleh inilah.com.

7. Setiap tulisan yang dimuat akan mendapatkan honorarium.

8. Tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan menyertakan identitas penulis.

Sekali lagi, tidak usah menunda sampai besok. Kami dengan senang hati menerima tulisan-tulisan mengenai permasalahan aktual yang disajikan argumentatif, menarik dan sesuai dengan karakter media online: ringkas, padat, dan memancing orang untuk membaca.  

Ayo segera kirimkan artikel, kolom ataupun esai mengenai isu-isu politik, ekonomi dan sosial budaya yang sedang tren dan menjadi perbincangan publik. Tulisan Anda kami tunggu. 

Akhirnya, izinkan kami “Suara dari Rimba” mengutip kata kata filsuf ternama dari Prancis, Rene Descartes yang menyebut, ”Cogito ergo sum.” Aku berpikir, maka aku ada. Mari berpikir cerdas, bernas, dan ikhlas untuk demokrasi.

Back to top button