News

PPP Kebingungan soal Analisis Pilpres Dua Poros

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arwani Thomafi mengaku bingung atau tak paham atas analisis Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid yang melontarkan soal dua poros dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

“Pak Jazilul sedang membaca realita atau sedang melamun. Saya tidak tahu begitu ya, atau sedang membicarakan tentang dirinya sendiri,” kata Arwani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Arwani sejatinya enggan berkomentar lebih jauh soal analisis Jazilul itu. Sebab, urusan pencalonan calon presiden (capres) maupun wakil presiden (wapres) merupakan wewenang partai politik (parpol).

“Saya kira urusan apakah yang sudah ada ini seperti apa, biar diurus oleh masing-masing parpol yang tergabung dalam koalisi tersebut,” jelasnya.

Menurut Arwani, jika melihat realitas yang ada saat ini, Pilpres akan diikuti oleh tiga poros. Sebab, tiga bakal calon presiden (bacapres) yang mengemuka kini sudah memiliki “tiket” dan memenuhi syarat untuk mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum

Ia menyinggung jika melihat realitas yang ada saat ini, tentu tiga capres saat ini sudah memiliki tiket dan memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri ke KPU.

“Ya kalau kita lihat yang sudah mendapatkan tiket secara 20 persen (ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden) sesuai ketentuan UU ya Pak Prabowo, lalu Pak Ganjar, ketiga Pak Anies. Setidaknya ya, kalau melihat deklarasi,” imbuh dia.

Tak hanya itu, Arwani menilai, jika Jazilul menyatakan dua poros terbentuk karena dua capres lainnya belum menentukan cawapres, hal ini hal biasa bukan berarti kedua koalisi menemui deadlock atau jalan buntu atau deadlock.

“Deadlock-nya dari mana? Kayak pak Jazilul ini tidak pernah ikut pemilu saja. Dulu liat penentuan Pak Ma’ruf Amin (Pilpres 2019) juga last minute (menit akhir) kan, lah biasa kalau kayak gitu,” ucap dia.

“Wong di pemilu ada DCS, DCT ya toh? Ada perubahan-perubahan dan sebagainya. Saya kira kalau penentuan itu tidak harus diawal, bisa ditengah, bisa diakhir, yang penting partai-partai ini sudah paham kapan harus mendaftar,” ujar Arwani menegaskan.
    
Sebelumnya, Waketum PKB Jazilul Fawaid mengatakan, dirinya secara pribadi menilai hanya akan ada dua poros pada Pilpres 2024.

“Pasangan AMIN (Anies-Cak Imin) mengantisipasi semua kemungkinan, kemungkinannya kan tinggal tiga poros atau dua poros. Saya pribadi melihatnya kayaknya tinggal dua poros, pribadi ya ini, bukan keputusan PKB atau apa,” ujar Jazilul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (18/9/2023).

Ia menyebut, analis soal dua poros ini karena calon dan partai pendukungnya hanya berkutat pada yang sudah ada saja.

Saat ditanya lebih lanjut mengenai dua poros ini, apakah artinya selain AMIN, Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo Subianto akan bergabung dengan koalisi pengusung Ganjar, ia tak menampik.

“Karena tidak ada yang menyulitkan, semuanya kan sudah cukup dari angka PT yang sudah ada, kenapa belum putus-putus (memutuskan soal cawapres),” ujar Jazilul.

Dia pun menyinggung Pilpres 2024 bukan soal koalisi mana yang paling gemuk, melainkan pertarungan visi yang lebih penting.

“Besok itu bukan pertarungan gemuk-gemukan, bukan pertarungan kurus-kurusan, ini pertarungan visi dan gagasan. Mana visi yang terbaik mana yang visi yang memiliki masa depan. Kalau pertarungan gemuk-gemukan bukan pilpres namanya,” ujar Jazilul menambahkan

Back to top button