Kesehatan Mental Anak Muda Modal Capai Pembangunan Berkelanjutan
Kamis, 02 Feb 2023 – 16:54 WIB
Diskusi bertema ‘Policy Dialogue: Renewed Challenges, Exploring Solutions’ di Artina Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2023). (Foto: SDGs)
Kondisi kesehatan mental masyarakat yang semakin memprihatinkan akan berpengaruh pada produktivitas nasional. Hal ini dapat menghambat Indonesia dalam transisi menjadi negara maju pada tahun 2045. Layanan kesehatan mental menjadi krusial dan membutuhkan perhatian yang sama dengan kesehatan fisik.
Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbaru. Lebih dari 90 persen negara mencatat penurunan skor IPM pada 2020 atau 2021, dan lebih dari 40 persen mengalami penurunan di kedua tahun tersebut.
Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs, Yanuar Nugroho, menganggap, laporan IPM terbaru tersebut bukan sekadar mengkhawatirkan, melainkan juga menjadi perhatian. “Maksudnya adalah menjadi bahan pemikiran kita bersama untuk mencari cara agar bisa bangkit dan maju,” ujarnya dalam acara bertema ‘Policy Dialogue: Renewed Challenges, Exploring Solutions’ di Artina Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2023).
Menurut Yanuar, meski pandemi menyebabkan beberapa pencapaian menurun, pemerintah Indonesia saat ini menginvestasikan sebagian besar anggarannya di sektor hilir seperti kesehatan, pendidikan, dan sektor informal kecil dan menengah. Yanuar menjelaskan, informasi dari kajian Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia cukup mengejutkan.
Menurut laporan, satu dari tiga generasi di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Jumlah ini setara dengan 15,5 juta orang dan satu dari 20 generasi di Indonesia mengalami gangguan jiwa atau mencapai 2,45 juta orang. “Survei menunjukkan bahwa masalah terbesar, 15 persen, adalah ketakutan akan masa depan yang tidak pasti,” kata Yanuar.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, pemerintah melakukan banyak hal. Seperti melanjutkan dan memperkuat seperti percepatan program Kartu Prakerja Perguruan Tinggi dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dapat menjawab kekhawatiran dan ketakutan generasi muda akan masa depan.
Menurut Yanuar, pemerintah juga telah meningkatkan akses ke berbagai fasilitas kesehatan, namun hanya sedikit anak muda yang mencari bantuan profesional terkait masalah kesehatan mental mereka. “Oleh karena itu, berbagai hal tersebut tidak cukup untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan yang cepat berubah,” ujarnya.
Dia melanjutkan, tujuan 3 TPB/SDGs (kehidupan sehat dan sejahtera) memiliki salah satu target pada 2030, yaitu mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan. “Jika TPB/SDGs tercapai maka dapat menjadi pintu gerbang untuk mencapai Indonesia maju 2045,” kata Yanuar.
Ibnu Naufal