Ototekno

Peretasan Kian Ganas, BSSN Menjamin Keamanan Siber KTT G20 Aman

Tim analisis malware dari Badan Siber dan Sandi negara (BSSN), Dimas Dwiki mengeklaim keamanan siber selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November 2022 di Bali telah dipersiapkan dengan matang. Hal tersebut diungkapkan dalam National Cyber Security Connect 2022, yang diadakan di Hotel Bidakara Grand Pancoran Jakarta, Rabu (26/10/2022).

“Yang jelas dari BSSN support. Jadi dari beberapa bulan yang lalu kita sudah terjun di G20. Bahkan sekarang pun tim kita stand by disana, jadi saya rasa sudah aman,” kata Dimas kepada Inilah.com, Rabu (26/10/2022).

Dimas menjelaskan tim BSSN sudah cukup matang dalam proteksi siber untuk acara G20. Pihaknya juga sudah siap melakukan mitigasi sebagai langkah preventif jika terjadi insiden seperti peretasan.

“Dari sisi proteksi dan deteksi sudah support. Dan kita tim yang melakukan mitigasi sudah siap ketika ada insiden cyber, kita sudah siap menangani,” katanya.

Sementara itu, tim analis malware tersebut juga mengungkapkan untuk serangan siber peringkat pertama peretas berasal dari Indonesia.

Namun di sisi lain, Ia menjelaskan bahwa hal tersebut belum tentu orang yang berasal dari Indonesia dikarenakan proxy ataupun private server yang disewanya berasal dari Indonesia.

Lebih lanjut, Dimas mengatakan bahwa jenis serangan yang biasanya diretas seperti SQL injection dan penyebaran malware. Hal tersebut bisa saja terjadi karena kurangnya awareness dari masyarakat misalnya seperti menggunakan software bajakan.

“Peretasnya lebih banyak seperti SQL injection dan penyebaran malware.Penyebaran malware itu salah satunya ada namanya stiller jadi dia mencuri informasi yang ada perangkat pengguna,” jelasnya.

“Lebih banyak baca literasi kemudian jangan termakan hoax, harus dipilih-pilih sumbernya. Jadi ketika kita baca, kita harus memilih sumber yang valid dulu, baru kita bisa baca substansi nya apa,” kata Dimas.

Sekadar melihat 3 tahun belakangan  dari laporan monitoring yang dikeluarkan BSSN, sepanjang 2019, setidaknya terdapat 228 juta lalu lintas data yang anomali di Indonesia. Anomali ini meningkat dua kali lipat pada 2020 menjadi 495 juta. Kemudian pada 2021 meningkat lagi menjadi 1,6 miliar. Anomali ini dijadikan tanda untuk mengidentifikasi peretasan.

Back to top button