Kanal

Penghargaan Majalah Time bagi Zelenskyy, Indikasi Kian Kuatnya Russophobia

Keputusan majalah Time untuk memberi gelar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai ‘Person of the Year’ memantik reaksi Rusia. Kremlin pada Kamis (8/12/2022) menyebut hal itu sebagai meningkatnya ‘Russophobia’ alias sentimen anti-Rusia di dunia.

Komentar tersebut muncul setelah Zelenskyy dinobatkan sebagai ‘Person of the Year’ oleh majalah tersebut sehari sebelumnya. Time mengungkapkan, pilihannya terhadap Zelenskyy adalah ‘yang paling kuat dalam ingatan’ sekaligus memuji keputusan pemimpin itu untuk tetap di Kiev dan mempertahankan negaranya di tengah serangan Rusia.

“Garis editorial publikasi tidak melampaui arus utama Eropa, yang benar-benar buta, anti-Rusia, dan sangat takut terhadap Russophobia,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, mengutip AFP.

Time sebenarnya pernah juga memberikan penghargaan kepada Presiden Vladimir Putin sebagai tokoh tahun 2007 meskipun tak lepas dari kontribusi. Majalah tersebut menyebut dia sebagai ‘pria yang teguh’ yang telah muncul sebagai kunci kritis abad ke-21.

Russophobia sejak lama sudah banyak didengung-dengungkan oleh pihak barat. Selama era Perang Dingin, stereotip orang Rusia yang masam dan sulit tersenyum yang menjadi korban rezim otoriter menimbulkan ancaman nuklir eksistensial ke Barat menjadi andalan narasi Barat. Bahkan setelah berakhirnya Perang Dingin, Russophobia terus memengaruhi cara Barat memandang Rusia.

Apapun yang terkait dengan Rusia dan pemimpinnya Vladimir Putin selalu dikait-kaitkan dengan Russophobia. Padahal seringkali tidak ada hubungannya dengan Rusia atau pun Putin. Kampanye anti-Rusia makin kencang diteriakkan negara-negara Barat termasuk dengan media massa dan media sosialnya.

Time Zelenskyy

Sentimen anti-Rusia

Russophobia merupakan sentimen anti-Rusia yang menjadi sebuah spektrum keragaman dari rasa negatif, kebencian, aversi, derisi dan atau penghakiman terhadap Rusia, orang Rusia atau apapun yang berbau Rusia. Termasuk juga dengan para pemimpinnya terutama Vladimir Putin.

Sebagian besar timbul sebagai klise budaya masyarakat tentang Rusia dan orang Rusia. Stereotipe tersebut berkembang pada Perang Dingin dan dipakai sebagai unsur perang politik melawan Uni Soviet.

Rusia memiliki citra yang sangat negatif dan menakutkan di Barat karena berbagai alasan. Anehnya ketakutan akan Rusia lebih banyak menyasar pada bidang yang lebih non-materi, yang diwarisi dari sastra dan citra romantisme Rusia.

Lambat laun hal itu telah membangun persepsi mentalitas yang buruk untuk Rusia seperti tidak adanya akal sehat, irasionalitas, dan kekerasan yang tidak dapat diprediksi.

“Saya tidak dapat meramalkan kepada Anda tindakan Rusia. Itu adalah teka-teki yang terbungkus misteri di dalam teka-teki” kata Winston Churchill, Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris di Perang Dunia II. Kutipan ini menjadi salah satu gambaran tentang bagaimana persepsi Barat terhadap Rusia.

Ada kebangkitan Russophobia yang mengkhawatirkan dan menyedihkan, di Eropa dan Amerika Serikat bersamaan dengan invasi Putin ke Ukraina saat ini. Pihak Barat bersama kekuatan media massa-nya terutama di Eropa dan AS telah rela melepaskan lapisan netralitas jurnalistik bahkan menjadi sangat vulgar dalam liputan partisan mereka tentang invasi Rusia ke Ukraina. Putin menjadi target kampanye yang empuk untuk menghembuskan Russophobia.

Bagaimana sikap Rusia?

Terkait maraknya Russophobia ini, Rusia bersama 11 peserta dalam sesi ke-51 Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada awal Oktober sudah membuat pernyataan bersama yang mengutuk diskriminasi terhadap orang Rusia dan orang berbahasa Rusia.

Pernyataan yang disponsori bersama oleh Rusia, Belarusia, Bolivia, China, Ethiopia, Iran, Myanmar, Nikaragua, Korea Utara, Suriah, dan Venezuela, dibacakan oleh Wakil Perwakilan Tetap Rusia untuk Kantor PBB di Jenewa Nikita Zhukov.

“Kami sangat prihatin sehubungan dengan skala dan kedalaman diskriminasi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh otoritas sejumlah negara terhadap orang Rusia dan orang-orang berbahasa Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Sejak akhir Februari tahun ini, orang Rusia telah didiskriminasi secara sistematis berdasarkan etnis dan alasan linguistik,” bunyi pernyataan itu, mengutip kantor berita Rusia TASS.

Mereka juga menyerukan kepada dunia untuk segera menghentikan histeria Russophobia dan penganiayaan terhadap orang-orang Rusia dan berbahasa Rusia dan kembali ke pemenuhan tanggung jawab atas komitmen hak asasi manusia (HAM) mereka di bidang anti-diskriminasi.

Praktik yang tersebar luas termasuk penolakan untuk menyediakan layanan pendidikan, medis, perbankan, dan lainnya, penerapan tindakan diskriminatif terhadap bisnis Rusia, penyitaan properti Rusia, pencegahan partisipasi dalam kegiatan olahraga, bahkan acara budaya.

Para ahli Rusia juga dengan sengaja dilecehkan dalam mekanisme HAM internasional dan regional. Ada pula serangan fisik, ancaman, penghinaan, perusakan properti yang disengaja. Etnis Rusia kehilangan pekerjaan mereka, bahkan keluarga Rusia diusir dari apartemen.

Tindakan lainnya adalah praktik memberlakukan pembatasan visa terhadap warga negara Rusia, dalam skala besar dan tanpa pandang bulu, bertentangan dengan kewajiban negara-negara ini berdasarkan hukum internasional. Yang juga perlu menjadi perhatian adalah diskriminasi yang meluas terhadap anak-anak berkewarganegaraan Rusia atau bahkan akar keluarga Rusia.

Di tingkat politik tertinggi ada seruan untuk mengecualikan budaya Rusia dari warisan dunia. Tindakan-tindakan Russophobia, bagi Rusia, jelas-jelas melanggar Deklarasi Universal HAM. Termasuk pelanggaran Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, dan perjanjian internasional lainnya di bidang perlindungan HAM.

Russophobia yang kini menjadi trend mirip sebenarnya seperti yang dialami umat Islam, yang masih berjuang melawan Islamofobia di Eropa dan AS serta sekutunya. Pola Islamophobia sangat akrab dengan mekanisme bagaimana Russophobia terjadi dan dihembuskan akhir-akhir ini.

Banyak pihak di Barat yang masih memiliki anggapan bahwa orang Arab ingin menaklukkan Eropa dan dunia, Muslim ingin menaklukkan Eropa, Turki, Afrika, Rusia, ad absurdum, ingin menaklukkan Eropa dan negara-negara barat lainnya. Sementara mereka tampaknya tidak menyadari bahwa merekalah yang membom Asia dan Afrika sesuka hati. Mengoyak-ngoyak negara lain dengan alasan demokrasi dan HAM.

Back to top button