Market

Penerbangan Haji Garuda Banyak Masalah, Bosnya Tak Mau Akui Salah


Terkait layanan penerbangan haji, Kementerian Agama (Kemenag) melontarkan teguran keras kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Mungkin anda suka

Teguran itu terkait kebakaran mesin pesawat di Makassar, keterlambatan penerbangan jemaah haji yang skornya cukup tinggi. Yakni mencapai 47,5 persen. Serta masih banyak lagi persoalan lain. 

Bukannya mengakui dan segera memperbaiki kinerja, Direktur Utama Garuda, Irfan Setiaputra justru berkelit.

Dia bilang, di luar masalah keterlambatan penerbangan, tak pernah terdengar adanya keluhan mengenai pelayanan jemaah haji. “Pelayanan Garuda khususnya kepada para jemaah haji lanjut usia (lansia). justru mendapat pujian,” kata irfan, Jakarta, dikutip Jumat (25/5/2025).

Irfan mengatakan, Garuda tetap akan terus melakukan perbaikan. Ia pun tak ingin memiliki masalah dengan pihak manapun. “Buat kami di Garuda kita mengupayakan perbaikan,” katanya.

Menanggapi dua kali teguran dari Kemenag, terkait layanan kepada jemaah haji Indonesia yang dianggap banyak masalah, dia justru berkelit begini.”Soal penyebab keterlambatan selalu kita komunikasikan dengan Kemenag,” ungkapnya.

Sebelumnya, juru bicara Kemenag, Anna Hasbie menyebut belum adanya perbaikan layanan secara signifikan dari garuda, sangat mengecewakan.

Masih saja terjadi sejumlah persoalan meski teguran tertulis sudah dilayangkan Kemenag pada 16 Mei 2024.

“Kami mencatat banyak persoalan yang terjadi dalam sepekan terakhir penerbangan jemaah haji Indonesia. Kami melihat performa Garuda Indonesia tahun ini sangat buruk. Kami sudah sampaikan teguran tertulis, tapi belum ada perbaikan signifikan,” kata Anna, Rabu (24/5/2024).

Anna merincikan, Kemenag mencatat ada sejumlah persoalan pada penerbangan jemaah haji Indonesia yang menggunakan pesawat Garuda.

Persoalan pertama, terjadinya kerusakan mesin pesawat yang terjadi di Embarkasi Makassar. Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia mengeluarkan api pada saat take off penerbangan jemaah kelompok terbang (kloter) lima Embarkasi Makassar.

“Kondisi ini berdampak domino pada keterlambatan sejumlah penerbangan setelahnya,” kata Anna.

Kedua, terjadinya persoalan keterlambatan penerbangan. Kemenag melihat on time performance (OTP) Garuda Indonesia sangat buruk. Anna mencatat prosentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi hingga 47,5 persen.

“Dari 80 penerbangan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan ada keterlambatan sampai 3 jam 50 menit. Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan,” kata Anna.

Ketiga, terjadi pecah kloter imbas perencanaan Garuda Indonesia yang meleset. Pecah kloter merupakan kondisi satu kloter jemaah haji yang tidak bisa diterbangkan secara bersama-sama. Kemenag memperkirakan pecah kloter diperkirakan hanya akan terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali.

“Salah satunya pecah kloter dialami UPG-06 karena Garuda tidak bisa menggantikan pesawat yang mesinnya rusak dengan jenis pesawat yang sama. Kami mencatat sampai hari ini sudah ada empat penerbangan yang pecah kloter,” kata dia.

Persoalan terakhir, Anna mengatakan tas kabin dan kursi roda jemaah tidak terbawa oleh pesawat. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28). Ada 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terangkut.

 

Back to top button