News

Pembangunan Masjid Al Jabbar Dikritik Warganet, Pengamat: Emil Ingin Buat Legacy

Kamis, 05 Jan 2023 – 13:38 WIB

Ridwan Kamil Tarif Angkot- inilah.com

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai rencana pembangunan masjid tersebut merupakan cara khas Ridwan Kamil atau Emil untuk meninggalkan warisan kepemimpinannya di Jawa Barat, Kamis (5/1/2023). (Foto: Antara)

Perdebatan soal pembangunan Masjid Al Jabbar masih ramai jadi buah bibir di dunia maya. Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai rencana pembangunan masjid tersebut merupakan cara khas Ridwan Kamil atau Emil untuk meninggalkan warisan kepemimpinannya di Jawa Barat.

Menurutnya, dengan latar belakang Emil sebagai seorang arsitek, maka tidak heran jika caranya meninggalkan warisan, melalui bangun masjid.

“Kelihatannya sih saya melihat karena dia itu berlatar belakang arsitek, maka dia ingin membuat legacy. Nah legacy dia itu ya soal masjid itu, maka dibangun lah masjid yang mewah, yang megah gitu ya yang dianggap bisa menjadi legacy Ridwan Kamil ketika sudah tidak menjabat lagi gitu kan,” terang Ujang kepada inilah.com saat dihubungi Kamis (5/1/2023).

Terkait besarnya penggunaan dana APBD sebesar Rp1 triliun untuk pembangunan masjid, Ujang nilai wajar bila biaya fantastis itu jadi perbincangan hangat serta menimbulkan perdebatan di media sosial.

“Ya tentu soal debat, hak publik juga untuk mempertanyakan pembangunan masjid itu kepada Ridwan Kamil gitu ya. Karena bagaimana pun publik harus tahu, wajib tahu, karena dana yang dihabiskan tidak sedikit, yaitu 1 Triliun. Akhirnya menjadi persoalan dan menjadi polemik kan gitu,” jelasnya.

Disisi lain, Ujang juga menyinggung bahwa Ridwan Kamil seharusnya dapat lebih bijak dalam mengambil mana kebijakan yang prioritas, dibanding membangun masjid ini.

“Saya sih tidak mau berdebat apakah membangun masjid menjadi persoalan atau tidak, mana yang lebih prioritas. Saya sih melihat mengentaskan kemiskinan ataukah membangun masjid,” pungkasnya.

Diketahui, perdebatan Emil dan akun @outstandjing, bermula dari kritikan warganet tersebut yang menyebut bahwa membangun masjid itu perbuatan mulia dengan berwakaf untuk jadi amal jariyah pendirinya.

Ia pun tak lupa melampirkan Surah At-Taubah ayat 17, 18, 107 dan 108 sebagai landasan dalil yang ia yakini bisa menguatkan argumentasinya.

“Tapi kalau masjid pakai dana APBD? Pembayar pajak itu berbagai kalangan. Akad dan niat untuk bayar pajak, bukan akad dan niat wakaf. Kalau di agama Islam, tidak sembarangan dana bisa dipakai untuk masjid,” tulisnya.

Emil pun merespons melalui akunnya @ridwankamil. Ia menjelaskan penggunaan dana negara adalah kesepakatan bersama. Kesepakatan itu tentunya dibahas dulu melalui musyawarah bersama rakyat dalam forum musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang). “Masjid, Gereja, Pura semua bisa dibiayai negara selama itu disepakati eksekutif dan legislatif,” katanya.

Ridwan mengatakan rencana pembangunan masjid ini sudah melalui serap aspirasi Ormas Islam dan kebanyakan rakyat Jawa Barat. Rencana pembangunannya pun sudah dibahas tujuh tahun lalu.

Karenanya, Ia memastikan tugas pemerintah memenuhi dan membangun aspirasi masyarakatnya. “Jutaan warga Jawa Barat melalui berbagai Ormas Islam menitipkan aspirasi rakyat Jawa Barat agar dibangun Masjid Raya Provinsi sejak tujuh tahun yang lalu. Karena selama ini Masjid Raya Provinsi mengkudeta masjid Agung Kota Bandung,” kata dia

Penjelasan panjang dari Emil rupanya belum bisa memuaskan si pengkritik. Perdebatan pun memanas kembali, lantaran akun @outstandjing berusaha cari celah dengan mengalihkan topik diskusi ke tema transportasi publik. Tampaknya si pengkritik benar-benar cari peluang untuk menangkan perdebatan.

“Seperti kita tahu kemampuan fiskal Jabar terbatas, padahal kebutuhan rakyat sangat banyak. Misalnya, anggara terkait perhubungan hanya 0,53 persen dari APBD 2022. Padahal kendaraan umum di Jawa Barat sangat memprihatinkan,” sanggahnya.

Melihat ada upaya membelokan tema, Emil pun mencoba menggiring si pengkritik untuk kembali pada persoalan semula, yakni kritikan pembangunan Masjid Raya Al Jabbar.

“Kalau mau bahas transportasi publik, bisa dipostingan lain. Sekerang mah silakan berargumentasi panjang lebar bahwa seolah masjid tidak boleh dengan APBD,” ceplos Emil.

Back to top button