Setelah resmi melarang umat Islam meminta fatwa dari kecerdasan buatan (AI), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kini tengah mempersiapkan peluncuran platform AI sendiri. Platform ini bakal menjadi saingan untuk ChatGPT dan Google Bard, dua raksasa dalam industri AI yang kerap dipakai masyarakat.
Keputusan ini diambil sehari setelah konferensi pers yang diselenggarakan oleh Komisi Bahtsul Masail Waqiiyah Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU. Dalam gelaran yang dibuka Presiden Jokowi itu, disebutkan beberapa alasan mengapa AI umumnya belum bisa dijadikan sumber fatwa atau pedoman agama bagi umat Islam. Salah satunya adalah banyaknya AI yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan digital non-Muslim.
“Kami ingin memastikan bahwa platform kami akan dibangun dan diisi konten oleh orang-orang yang mempunyai otoritas dalam hal-hal yang bersifat fatwa dan lain-lain,” ujar KH Hasan Nuri Hidayatullah dalam konferensi pers hasil Munas Konbes NU di Jakarta, Selasa (20/9/2023).
Meski detail fitur dan keunggulan platform ini masih dirahasiakan, PBNU memberikan sedikit gambaran bahwa platform ini akan mempermudah kaum Nahdliyin untuk memperoleh rujukan-rujukan fatwa yang sahih dan terpercaya dalam masalah agama.
“Ini akan menjadi solusi untuk mencari fatwa yang lebih cepat, lebih akurat, dan sesuai dengan ajaran Ahlussunah wal Jamaah,” tambah Kiai Hasan.
Rencana Peluncuran
PBNU berencana meluncurkan platform ini dalam beberapa bulan mendatang dan saat ini tengah dalam tahap pengembangan.
“Kami sangat antusias dan berharap platform ini akan menjadi acuan baru dalam pemanfaatan teknologi AI untuk kepentingan dakwah dan keagamaan,” tutup Kiai Hasan.
Platform ini diprediksi akan menjadi bagian penting dari strategi digital NU dalam mendekatkan diri kepada umat dan memperluas jangkauan dakwahnya. Dengan keberadaan platform ini, PBNU berharap umat Islam akan lebih mudah mendapatkan informasi dan fatwa yang sahih dan terpercaya.
