News

Partai Gelora Prediksi Hoaks Lebih Masif di Pemilu 2024, Ini 3 Faktor Pemicunya

Sekjen Partai Gelora, Mahfudz Siddiq menilai bahwa jelang Pemilu 2024 pertarungan siber melalui hoaks dan ujaran kebencian, akan semakin meningkat tajam.

“Dan dalam hitungan saya, kelihatannya nanti mulai November setelah di DCT ditetapkan, setelah capres cawapres ditetapkan, maka akan terjadi lompatan yang sangat tajam dalam perang di dunia digital ini,” terang Mahfudz dalam diskusi bertajuk ‘Bersama Mencegah Hoaks dan Kampanye Hitam Jelang Pilpres 2024’ di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2023).

Menurutnya, tren hoaks di Pemilu 2024 akan meningkat dari pemilu sebelumnya karena disebabkan oleh tiga faktor. Yang pertama disebabkan faktor pemilih yang didominasi dari kalangan generasi z (Gen Z) dan milenial. Mahfudz mengatakan 55 persen dari mereka adalah orang yang intelek dengan perangkat digital, dan terkategori sebagai native netizen, yang sehari-harinya tak bisa lepas dari media sosial.

“Pastilah aktor-aktor politik apakah itu parpol, apakah itu caleg, apakah itu capres cawapres dan tim suksesnya akan membidik suara mereka, dengan pendekatan habit mereka yaitu media sosial,” lanjutnya.

Lalu faktor yang kedua, yakni dengan adanya bobot power struggle tentu dapat semakin memperkuat upaya disinformasi melalui media sosial.

“Dan ada faktor yang ketiga, ini yang menurut saya perlu kita sikapi hati-hati mulai dikembangkannya narasi tentang potensi kecurangan pemilu, terlepas dari kontroversi situasi atau proses politik sebelumnya. Tapi begitu narasi ini nanti dikembangkan dan menjadi satu opini umum, maka ini akan menjadi bumbu yang paling sedapuntuk proses disinformasi di dunia digital,” ucap dia.

Tak hanya itu, Mahfudz juga menyoroti penyebaran hoaks akan semakin masif, dengan perkembangan teknologi menggunakan artificial intelligence (AI).

“Jadi penggunaan AI ini akan juga meningkat dan ini yang akan membedakan Pemilu 2024 dengan pemilu 2019. Kalau kita lihat dari sisi produk maka penggunaan AI ini, ya secara produk yang akan banyak menggunakan produk audio visual atau video,” ucap Mahfudz.

“Dan tren di pengguna media sosial ini kan justru dengan video itu lebih mampu menstimulasi, lebih mampu merangsang reaksi secara emosional, ketimbang gambar atau tulisan,” tutur dia menambahkan.
 

Back to top button