Market

Naga-naganya, Surplus Perdagangan 31 Bulan Beruntun Terpatahkan di 2023

Jumat, 06 Jan 2023 – 16:29 WIB

Container Ship In The Harbor In Asia , - inilah.com

Menurut Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman di Jakarta, Jumat (6/1/2023), permintaan domestik pada 2023 terdorong oleh pencabutan PPKM dan keputusan untuk melanjutkan proyek strategis nasional. (Foto: iStockphoto.com)

Naga-naganya, capaian neraca dagang Indonesia yang sudah mengalami surplus dalam 31 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 bakal terpatahkan di 2023. Ini lantaran adanya perkirakan dari ekonom terkait gelagat pertumbuhan impor yang lebih tinggi ketimbang ekspor di tahun kelinci air ini.

Proyeksi tersebut datang dari Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman. Menurutnya, hal itu terdorong oleh penguatan permintaan domestik.

“Permintaan domestik pada 2023 didorong oleh pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM dan keputusan untuk melanjutkan proyek strategis nasional atau PSN,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (6/1/2023).

Namun demikian, Faisal mengatakan pertumbuhan impor pada 2023 cenderung melemah dibandingkan 2022. Ini lantaran harga minyak yang turun dan antisipasi penurunan ekspor.

Sedangkan, ia menyebut pelambatan pertumbuhan ekspor pada 2023 disebabkan oleh penurunan harga komoditas, terutama batu bara, yang didorong oleh permintaan global yang lesu di tengah meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global.

“Meski diproyeksikan menyusut, surplus neraca perdagangan bisa bertahan lebih lama karena kita melihat penurunan harga komoditas lebih bertahap,” kata Faisal.

Ia juga memperkirakan cadangan devisa nasional akan berada di kisaran 135-140 miliar dolar AS pada akhir 2023 atau tidak terlalu jauh dibandingkan sebesar 137,2 miliar dolar AS pada Desember 2022.

“Kami mengantisipasi bahwa neraca transaksi berjalan akan berubah menjadi defisit yang dapat dikelola sekitar 1,10 persen dari PDB pada 2023 dari perkiraan surplus sebesar 1,05 persen dari PDB pada 2022,” ujar Faisal.

Sedangkan, terkait neraca keuangan, dia memperkirakan akan menghadapi sejumlah tantangan pada 2023, namun potensinya tetap terlihat.

Beberapa tantangan tersebut di antaranya adalah meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang bisa memicu sentimen risk-off di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor cenderung beralih ke aset safe-haven.

Selain itu, pembukaan kembali ekonomi China yang bisa menarik investor untuk mencari penyeimbangan portofolio di Asia.

Namun demikian, ia menyebut kebijakan pemerintah untuk terus melakukan hilirisasi sumber daya alam dapat menarik lebih banyak aliran investasi langsung ke Indonesia.

Selain itu, lanjut Faisal, upaya mempertahankan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam juga dapat menghambat penempatan aset ke luar negeri.

Back to top button