News

Muhammadiyah Dorong Diversifikasi Pangan sebagai Antisipasi Elnino

Fenomena alam Elnino yang berlangsung beberapa bulan terakhir menimbulkan suhu panas ekstrem di berbagai wilayah Indonesia. Dampaknya tidak main-main; banyak petani mengalami gagal panen atau keterlambatan dalam bercocok tanam, sehingga berpotensi memicu krisis pangan. Ketahanan pangan menjadi isu yang sangat krusial, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga negara-negara lain, khususnya di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian.

“Ketahanan pangan adalah pilar penting bagi stabilitas sosial, ekonomi, dan politik sebuah negara,” ujar Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang juga pengamat ekonomi, Anwar Abbas dalam keterangannya kepada inilah.com, Rabu (4/10/2023). 

“Masalah ini harus menjadi fokus perhatian kita semua, mengingat dampaknya yang sangat luas dan mendalam bagi kehidupan suatu bangsa,” tambahnya.

Antisipasi Krisis Pangan

Masalah ini menjadi lebih kompleks karena solusi impor pangan juga tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Banyak negara pengekspor beras, misalnya, saat ini juga menghadapi tantangan serupa, baik akibat Elnino maupun kondisi geopolitik global.

“Tidak ada negara yang bisa berkembang dengan baik tanpa menciptakan ketahanan pangan,” kata Buya Abbas. “Itulah mengapa antisipasi dan upaya nyata dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas pangan dalam negeri,” sambungnya.

Salah satu solusi yang bisa diambil adalah diversifikasi atau penganekaragaman pangan. Pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk tidak hanya bergantung pada beras sebagai sumber pangan utama.

“Kita harus mulai memikirkan alternatif lain seperti sagu, ketela, umbi-umbian, jagung, dan sorgum,” kata Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut. “Dengan diversifikasi pangan, kita bisa lebih tahan terhadap berbagai tantangan, termasuk ancaman krisis pangan akibat fenomena Elnino.”

Dengan menjaga ketersediaan berbagai jenis pangan, maka kebutuhan pokok masyarakat bisa tetap terjaga. Ini akan memperkuat stabilitas nasional dari sisi ekonomi, sosial, dan politik.

“Tidak ada jalan lain; kita harus proaktif,” katanya. “Ketahanan pangan nasional adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, demi keamanan, kesejahteraan, dan stabilitas bangsa,” pungkasnya.

Back to top button