News

Mengintip Shujaiya di Gaza, Lokasi Jebakan Maut Bagi Pasukan Israel


Jumlah korban tewas tertinggi tentara Israel selama serangan militer berada di lingkungan lama Shujaiya di sebelah timur Kota Gaza. Tak heran jika lingkungan Shujaiya ini dianggap sebagai ‘jebakan maut’ bagi pasukan Israel. 

Kematian sepuluh tentara Israel di Gaza pekan lalu menjadi hari paling mematikan bagi militer Israel sejak peluncuran serangan darat pada 7 Oktober. Sembilan dari korban jiwa, termasuk dua perwira senior, tewas di lingkungan Shujaiya di Gaza dalam serangkaian penyergapan yang dilakukan  pejuang dari Brigade Al-Qassam Hamas, sehingga muncul istilah bagi kawasan tersebut sebagai “perangkap maut” bagi pasukan Israel.

Mengutip The News Arab (TNA), pejuang Palestina dari Brigade Al-Qassam pada pekan lalu mengoordinasikan serangkaian penyergapan terhadap tentara Israel yang sedang melakukan “operasi pembersihan” di Shujaiya, salah satu lingkungan tertua di Gaza. Serangan pertama menargetkan unit dari Brigade Golani Israel. Tim pencarian dan penyelamatan dikirim untuk mencegah penculikan mereka namun ini juga juga disergap oleh pejuang Hamas.

Rangkaian operasi tersebut menyebabkan sembilan tentara Israel tewas, termasuk dua anggota unit pencarian dan penyelamatan. Dukungan udara dipanggil untuk menyelamatkan sisa unit Israel. Ini merupakan angka kematian tertinggi bagi pasukan Israel dalam satu hari sejak peluncuran apa yang disebut “Operasi Pedang Besi” di Gaza.

Shujaiya juga merupakan tempat Israel mengalami jumlah korban tewas tertinggi selama “Operasi Tepi Pelindung” tahun 2014 ketika 16 tentara Israel tewas.

Shujaiya Berarti ‘Penjaga’

Shujaiya adalah salah satu lingkungan terbesar dan terpadat di Kota Gaza, dengan populasi 110.000 jiwa, sebelum serangan Israel baru-baru ini, yang mencakup wilayah seluas enam kilometer persegi. Kota ini terletak di sebelah timur dan dekat dengan perbatasan daerah kantong yang terkepung, hanya 700 meter dari kibbutz Israel di Nahal Oz, yang disebut “Gaza Envelope”.

Nahal Oz adalah salah satu kibbutze, tempat pemukiman kolektif dengan sistem kepemilikan bersama di Israel, yang diserang pejuang Palestina pada 7 Oktober. Menurut koresponden keamanan Channel 12 Nir Dvori, Israel bermaksud membersihkan lingkungan Shujaiya untuk menciptakan zona penyangga bagi Nahal Oz.

Lingkungan tersebut merupakan lokasi Tell Al-Muntar, sebuah bukit yang menjadikan kawasan ini penting secara militer selama berabad-abad. Secara historis, kota ini dianggap sebagai pintu gerbang ke Gaza, karena pemandangannya yang indah dan akses strategis ke seluruh Kota Gaza.

Jurnalis Gaza Amjad Yaghi menulis dalam sebuah artikel untuk Al-Araby Al-Jadeed, edisi saudara TNA yang berbahasa Arab, bahwa julukan Shujaiya adalah “Penjaga”, karena menempati posisi perlindungan di sebelah timur Kota Gaza. Sementara jurnalis Palestina Ramzy Baroud menggambarkan Brigade Shujaiya “sebagian besar terdiri dari pasukan Nukhba, unit elit Al-Qassam”.

Warisan Perlawanan

Sumber sejarah menyebutkan bahwa nama Shujaiya dapat dikaitkan dengan Shuja Al-Din Othman Al-Kurdi, seorang pejuang terkenal yang tewas dalam pertempuran antara Ayyubiyah dan Tentara Salib pada tahun 1239 M. Bagian selatan Shujaiya disebut ‘Turkman’ untuk menghormati suku Turkman yang bergabung dengan Saladin selama kampanyenya membebaskan Palestina dari tentara Salib dan sekutunya pada tahun 1100-an.

Ahmad al-Kurdi, 36, seorang warga Shujaiya, mengatakan kepada Alaraby Al-Jadeed bahwa warga Shujaiya telah berulang kali menjadi sasaran, dan sering kali dibunuh, oleh pasukan Israel karena kedekatannya dengan perbatasan timur Jalur Gaza.

Mungkin yang paling terkenal adalah pada tahun 2014 ketika Shujaiya berada di bawah serangan Israel yang paling brutal dalam “Operation Protective Edge”. Disebut sebagai “Pertempuran Shujaiya”, 67 warga Palestina dari lingkungan tersebut tewas, dan ratusan lainnya terluka dalam serangan Israel pada 20 Juli 2014.

Pembantaian tersebut, yang mendapat kecaman dari seluruh dunia, terjadi setelah pasukan Israel menggambarkan lingkungan tersebut sebagai “benteng teroris” dan “pangkalan garis depan” bagi Hamas.

Pada hari itu, Brigade Golani melancarkan serangan berdarah ke wilayah tersebut, namun serangan balik yang sengit dan terorganisir dengan baik oleh para pejuang Palestina menyebabkan hari paling berdarah sejak serangan darat terhadap Gaza dimulai oleh tentara Israel.

Bagaimana Pandangan Tentara Israel terhadap Shujaiya?

Koresponden militer untuk surat kabar Maariv Israel, Tal Lev-Ram, mengatakan Brigade Golani memiliki perselisihan “panjang dan berdarah” dengan Shujaiya karena penargetan pengangkut personel lapis baja (APC) pada tahun 2014 yang menewaskan tujuh tentara dan melihat mayat Oron Shaul diculik. Lev-Ram menuduh bahwa Hamas telah mengubah pertempuran itu menjadi simbol dengan sebuah tugu peringatan yang didirikan di tengah distrik: “Pertempuran memperebutkan Shujaiya sebagian besar juga merupakan pertarungan memperebutkan simbol […] dalam perang ini.”

Reporter Israel Hanan Greenwood, yang memasuki Shujaiya bersama pasukan dari Brigade Golani, menggambarkan lingkungan tersebut sebagai salah satu “target paling berbenteng yang pernah dihadapi Golani sejak awal perang. Lingkungan tersebut sangat ramai, dengan sebuah kasbah di tengahnya dan sebuah batalion dari [pejuang] yang dipandang sebagai yang terkuat di Gaza”. Kasbah merupakan tempat tinggal untuk pemimpin lokal dan untuk pertahanan ketika kota itu diserang

Noam Amira, seorang koresponden militer untuk surat kabar Makor Rishon Israel, menggambarkan lingkungan tersebut selama kunjungannya pada 10 Desember. “Dari pandangan pertama, tempat ini terlihat seperti kamp pengungsi yang penuh sesak, namun setelah beberapa kali tur yang dilakukan dengan drone dan perangkat teknologi lainnya, kenyataan lain menjadi jelas: semua rumah, masjid, dan ruang operasi, serta sekolah dan taman kanak-kanak adalah kedok,” katanya.

Israel telah berulang kali menuduh bahwa sasaran sipil yang mereka serang adalah pangkalan Hamas, tanpa memberikan bukti apa pun termasuk rumah sakit, kamp pengungsi, dan tempat ibadah. Ramzy Baroud berpendapat lain, dengan mengatakan bahwa jika Israel mengetahui bahwa para pejuang muda” Shujaiya ini adalah “keturunan pasukan besar yang telah mengalahkan Tentara Salib [dan] melawan Prancis dan Inggris, mereka akan berhenti sejenak untuk sementara waktu.”

Back to top button