Hangout

Mengenal Tradisi Yaa Qowiyyu, Festival Sebar Kue Apem di Klaten

Yaqowiyu merupakan tradisi yang digelar setiap bulan Sapar (tanggalan Jawa) di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah dengan dihadiri ribuan warga dari berbagai penjuru.

Ribuan warga tersebut berbondong-bondong datang untuk mendapatkan apem, kue yang terbuat dari tepung beras, yang dibagikan di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten.

Mungkin anda suka

Tradisi ini bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari Tanah Suci Mekkah usai menunaikan ibadah haji, ulama besar ini membawa oleh-oleh berupa kue apem untuk dibagikan ke saudara, murid, dan tetangganya.

Namun karena oleh-oleh yang dibawa itu tidak cukup, kemudian ia meminta keluarganya membuat kue apem untuk dibagikan. Selanjutnya, sejak 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu membagi-bagikan kue apem ke masyarakat sekitar.

Tradisi itu diwariskan ke masyarakat Jatinom untuk memasak sesuatu sebagai sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan, hingga akhirnya tradisi ini bernama Yaa Qowiyyu.

Kata Yaa Qowiyyu diambil dari penggalan doa memohon kekuatan dalam bahasa Arab, yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin.

Sedangkan kue apem yang dibagikan memiliki makna, dalam bahasa Arab yakni affum yang berarti maaf. Warga di luar Klaten seperti Boyolali, Solo, Sragen, dan Yogyakarta pun rela hadir untuk mendapatkan apem Yaa Qowiyyu.

Dalam festival itu, kue apem disebar dari panggung yang berada di selatan masjid di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig. Warga mempercayai jika mendapatkan kue apem Yaqowiyu akan membawa kesejahteraan dan keberkahan.

Tahun ini, puncak perayaan Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu telah digelar pada 1 September 2023 dan dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang ikut menyebarkan apem ke tengah-tengah warga.

Sedikitnya 6,6 ton kue apem dibuat untuk disebarkan ke warga yang hadir sekaligus merayakan kembali setelah 2 tahun pandemi COVID-19.

“Satu pelajaran yang bagus adalah bersedekah, pelajaran ibadah yang bagus dan kemudian semua berkumpul dalam suasana keceriaan, bersilaturahmi bersama,” kata Ganjar.

Dirinya berharap tradisi ini bisa menggerakkan banyak hal, tidak hanya silaturahmi tapi juga perekonomian warga. Sehingga pertunjukkan ini menghadirkan orang untuk datang.

Back to top button