Kanal

Menaksir Taji Mahfud MD Mencuri Ceruk Nahdliyin Jatim di Palagan Pilpres

Keputusan PDI Perjuangan memilih Prof Dr Mahfud MD sebagai Cawapres pendamping Capres Ganjar Pranowo membuktikan bahwa pemilih kalangan nahdliyin lagi-lagi menjadi target pada pemilihan presiden kali ini. Apakah taji Mahfud MD cukup kuat untuk merebut hati dan suara warga Nahdlatul Ulama (NU)?

Mungkin anda suka

Dengan terpilihnya Mahfud MD sebagai Cawapres dari Koalisi PDI Perjuangan, jelas akan sengit persaingan untuk meraih suara di kantong-kantong NU di Jawa Timur. Mengingat Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) juga menyasar target suara yang sama.

Seperti kita ketahui Cak Imin merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) identik dengan partainya warga nahdliyin. Basis massa PKB memang warga NU terutama di Jawa Timur. Dalam sebuah acara bertajuk ‘Mlaku Bareng AMIN’ yang dihadiri pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) di Sidoarjo, Jawa Timur, pekan lalu, jumlah massa yang hadir diklaim mencapai 1,2 juta orang. 

Artinya Mahfud MD perlu memutar otak lebih keras untuk meraih suara kaum nahdliyin di Pulau Jawa. Apalagi selama ini banyak warga NU yang meragukan ke-NU-an dari Menko Polhukam di era Presiden Joko Widodo ini. Keraguan seperti ini juga sempat muncul pada Pilpres sebelumnya ketika Mahfud MD sempat digadang-gadang menjadi Cawapres Joko Widodo, tetapi di menit-menit terakhir ia digeser lantaran dianggap tak mewakili aspirasi NU. Posisinya pun digantikan Ma’ruf Amin.

Isu yang sama kini muncul. Bahkan ada yang menyebut Mahfud MD sebagai NU naturalisasi. Istilah naturalisasi sering disebut-sebut dalam persepakbolaan nasional sebagai cara memberikan kewarganegaraan bagi pemain sepak bola keturunan Indonesia yang bermain di banyak negara untuk memperkuat Timnas PSSI.

Tak heran begitu dirinya ditunjuk sebagai Cawapres mendampingi Ganjar Pranowo, ia mengklarifikasi soal ke-NU-annya. Dalam wawancara dengan sebuah televisi swasta nasional, Mahfud MD menegaskan bahwa dirinya bukan warga organisasi kemasyarakatan (Ormas) NU naturalisasi. Mahfud menyatakan, latar belakang keluarganya adalah warga nahdliyin. Sejak lahir ia menyatakan dirinya sudah NU.

“Saya pernah ditanya, Pak Mahfud kapan masuk NU. Saya tidak pernah masuk NU, karena sejak dulu saya NU. Ngapain masuk lagi? Sejak sebelum lahir malah,” kata Mahfud saat wawancara itu. “Saya sebelum lahir sudah NU. Ayah saya ditahan karena NU, saya sekolah di sekolah NU, dan saya bisa baca kitab-kitab yang diajarkan oleh NU, saya di pesantren NU,” tegas Mahfud.

Mengapa Semua Merasa Paling NU?

NU memang memiliki magnet tersendiri bagi para politisi di Tanah Air untuk meraih suara. Organisasi massa ini sangat besar tersebar di Pulau Jawa terutama Jatim. Menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU) sesuai daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 ada 31.402.838 pemilih di Jawa Timur, ditambah 28.289.413 di Jawa Tengah dan 35.714.901 pemilih di Jawa Barat. Ini kantong-kantong NU tradisional yang menjadi target pemilu.

Sebagai catatan, berdasarkan data KPU, PDIP adalah pemenang Pemilu 2019 di Jawa Timur, sementara PKB sebagai runner up. Jika ditilik data KPU berbasis kursi, PDIP dan PKB bersaing ketat. PDIP berhasil memperoleh 20 kursi DPR RI. Sementara PKB yang finis di posisi kedua mendapat 19 kursi.

Dalam survei SMRC pada Desember 2022, warga yang mengaku sebagai anggota aktif NU sebanyak 8,6 persen dan mengaku sebagai anggota tapi tidak aktif sebesar 11,7 persen. Total warga yang mengaku sebagai anggota NU sebesar 20,3 persen. 

post-cover
Pasangan bacapres Ganjar Pranowo (kiri) dan bacawapres Mahfud MD, usai diumumkan secara resmi oleh koalisinya di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (18/10/2023). (Foto: Inilah.com/Agus Priatna)

Organisasi ini memang memiliki massa yang besar. Yang mengaku sebagai anggota formal NU sebesar 20,3 persen itu mencapai sekitar 40-an juta warga. Angka ini, di luar warga yang secara kultural mengikuti praktik ritual keagamaan NU. Kalau kelompok kultural itu digabungkan, maka massa NU akan menjadi lebih besar. 

Menurut Direktur SMRC Saiful Mujani, kalau dilihat dari data ini, memang NU memiliki nilai elektoral karena dari sisi jumlah sangat besar. “Sejarah politik Indonesia, menurut Saiful, lebih berhubungan dengan politik aliran, bukan organisasi yang lebih sekuler atau kelas sosial,” ungkap Saiful.

Peluang Mahfud di Jatim

Baik Mahfud maupun Cak Imin dinilai memiliki elektabilitas cukup kuat di Jawa Timur. Membuktikan siapa yang lebih unggul tentu hanya bisa terlihat pada hasil penghitungan suara Pemilu 2024 mendatang. Namun, beberapa pakar mulai menganalisis dan ada juga survei-survei yang dilakukan menjelang Pemilu.

Setidaknya temuan dari survei Pusat Studi Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bisa menjadi bocoran persaingan kedua tokoh di kursi Cawapres untuk bersaing meraih suara NU. Survei terhadap elektabilitas tokoh di mata warga NU Jatim tersebut dilakukan selama September 2023. Survei melibatkan 1.000 responden yang tersebar di 100 kelurahan atau 36 Kota/Kabupaten di Jatim dilakukan sebulan penuh selama September 2023 dengan sampling error kurang lebih 3,1 persen.

Hasilnya? Responden yang merupakan warga NU di Jatim lebih cenderung memilih Mahfud MD ketimbang Cak Imin. “Warga NU memang cenderung memilih Mahfud MD dengan persentase 19,5%. Sedangkan untuk Cak Imin sekitar 10,7%,” ujar Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ruli Inayah Ramadhona, Rabu (18/10/2023).

Menurut hasil survei tersebut keunggulan Mahfud MD atas Cak Imin tidak hanya pada pemilih warga NU, melainkan pada hasil survei elektabilitas secara umum di Jatim. Elektabilitas Mahfud juga berada di atas Gubernur Jatim Khofifah Indarparawansa dan tokoh lainnya. Mahfud mencapai 19,4%, Khofifah Indarparawansa 14,5%, Ridwan Kamil 11,1%, Sandiaga Uno 10,9%, Muhaimin Iskandar 10,9%, Erick Thohir 10,9% dan Gibran Rakabuming 4,2%.

Dari survei tersebut, Mahfud MD yang lahir di Sampang Madura, unggul di wilayah Arek, Mataraman, dan Pantura. Sedangkan Cak Imin sendiri yang merupakan cawapres pendamping Anies Baswedan unggul di wilayah Madura, begitu juga dengan Khofifah unggul di wilayah Tapal Kuda.

Cak Imin memang warga NU tulen seperti yang ia ungkapkan dalam berbagai kesempatan. Secara garis keturunan, Cak Imin merupakan cucu dari KH Bisri Syamsuri, salah satu pendiri NU. Namun ia mendapat tentangan dari keluarga KH Abdurahkman Wahid (Gus Dur) karena dianggap telah menghianatinya. 

Akibatnya Gusdurian atau para pengagum Gus Dur akan lebih condong memilih tokoh lain seperti Mahfud MD. Sebagai NU kultural, Mahfud menarik bagi nahdliyin di grass roots untuk mencoblos Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024. “Jadi saya melihat, nanti warga NU yang Gusdurian itu akan ke Mahfud MD, dan NU yang garisnya PKB itu ke Muhaimin Iskandar. Jadi NU terpecah, dan ini akan menambah basis pemilih Ganjar nantinya,” kata pengamat politik sekaligus akademisi Universitas Bengkulu Dr Panji Suminar.

post-cover
Sejumlah tokoh Jatim berbasis NU, yakni Khofifah, Yenny Wahid, Mahfud MD, Gus Ipul, dan Cak Imin. (Foto kolase: Inilah.com)

Masing-masing calon juga memiliki keunggulan. Cak Imin memiliki kendaraan dan struktur partai yang lengkap sampai ke desa-desa di Jawa Timur. Sementara Mahfud MD terganjal mobilisasi sebab ia bukan seorang politisi yang memiliki struktur dan jaringan organisasi baik itu relawan maupun partai. 

Mahfud, meski orang NU, tapi tidak mempunyai akar organisatoris NU ke bawah. Beda misalnya dengan Khofifah Indar Parawansa, yang kenyang sebagai organisatoris NU, dan sekarang Ketua Umum Muslimat NU empat periode. Mahfud selama ini sangat dekat dan lebih banyak membantu kelancaran tugas Jokowi. 

Namun jangan lupa bahwa di organisasi NU, ada pucuk pimpinannya yakni Yahya Staquf. Pengaruh Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama) adik kandung Yahya, juga cukup kuat ke bawah. Kakak beradik ini sejak awal sudah mengindikasikan tidak mendukung Cak Imin dan dikenal dekat dengan Presiden Jokowi. Tentu keduanya tak akan tinggal diam dan bisa menggerogoti suara Cak Imin di Jatim.

Muhaimin sendiri mengaku tak khawatir suara pemilih NU di Jawa Timur terpecah usai Ganjar Pranowo menggandeng Mahfud MD sebagai cawapres. “(Suara NU di Jatim) Aman,” ujar Cak Imin dalam keterangannya di sela pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Tak kalah serunya adalah Prabowo dan pasangannya yang belum ditentukan juga mengandalkan basis massa NU. Apalagi jika Prabowo menggandeng Erick Tohir yang dekat dengan tokoh-tokoh NU sebagai pasangan Cawapres, tentu persaingan akan bertambah marak. Atau malah memilih putra Jokowi Gibran Rakabuming Raka. Namun Mahfud dan Cak Imin masih menjadi dua kekuatan dominan di warga NU Jatim dan kemungkinan kubu Prabowo hanya akan mendapat jatah suara sisanya dari kaum nahdliyin.

Jawa Timur memiliki kultur yang beragam mulai dari daerah Tapal Kuda, Madura, Arek, dan Mataraman. Masing-masing punya karakteristik dan kecondongan pada atribut tertentu. Berarti, provinsi paling ujung timur Pulau Jawa ini akan menjadi palagan Pilpres 2024 dan battleground yang paling kompetitif, sehingga akan ada adu strategi dahsyat dalam komunikasi dan kampanye politiknya.

Back to top button