News

Menakar Peluang Parpol Nonparlemen Lolos ke Senayan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru saja menetapkan partai politik peserta Pemilu 2024. Ada 17 parpol yang lolos menjadi peserta pesta demokrasi lima tahunan ini. Dari ke-17 itu, sembilan di antaranya merupakan parpol lama, alias parpol yang saat Pemilu 2019 lolos ke DPR, Senayan. Delapan parpol lainnya merupakan partai baru atau nonparlemen peseta pemilu mendatang.

Kedelapan parpol baru itu masing-masing Perindo, PBB, PKN, Partai Garda Perubahan Indonesia, Partai Gelombang Rakyat Indonesia, Partai Hanura, PSI, dan Partai Buruh.

Tentunya bukan perkara mudah bagi parpol baru untuk bisa lolos ke Senayan. Bahkan parpol lama pun harus berjuang keras untuk bisa melenggang ke DPR lagi pada 2024. Utamanya, parpol papan bawah seperti  PAN dan PPP.

Kedua parpol tersebut pada Pemilu 2019 menempatkan wakilnya di DPR —setelah memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebanyak empat persen— berada di peringkat kedelapan dan kesembilan.

PAN mengantongi suara sah nasional yang berjumlah 9.572.623 dengan persentase 6,84 persen. Sedangkan PPP mencatat suara sah yang berjumlah 6.323.147 dengan persentase 4,52 persen.

Semua pengamat berpendapat pertarungan menuju Senayan pada Pemilu 2024 sangat berat karena ambang batas parlemen tetap sebanyak empat persen. Lantas bagaimana peluang delapan parpol baru untuk bisa menempatkan wakilnya di Senayan?

Pertarungan berat

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai parlimentary threshold sebesar empat persen cukup besar, sehingga peluang parpol baru bakal sulit menembus DPR.

“Besar kemungkinan partai-partai baru akan sangat sulit untuk mencapai ini. Bahkan mungkin ada partai lama yang sekarang ada di parlemen bisa tidak lolos,” kata Saidiman kepada Inilah.com pada Jumat (16/12/2022).

Saidiman juga mencermati  sejauh ini partai-partai baru belum kompetitif. Ada kecenderungan pemilih semakin solid mendukung partai-partai lama.

Senada dengan Saidiman, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menganalisis besaran parliamentary threshold empat persen sangat memberatkan parpol pendatang baru.

Bahkan partai nonparlemen urutan papan atas seperti Perindo, Partai Berkarya, dan PSI yang berada pada peringkat 10, 11, dan 12 pada hasil Pemilu Legislatif 2019, terancam besar gagal manggung di Senayan lagi pada 2024.

Ketiga parpol itu berada di bawah PPP dengan perolehan suara tingkat nasional pada Pemilu Legislatif lalu masing-masing, yaitu Perindo sebesar 3.738.320 suara (2,67 persen), Berkarya sebanyak 2.929.495 (2,09 persen), dan PSI sebesar 2.650.361 suara (1,89 persen).

Malah menurut Adib, yang bisa survive berpeluang besar adalah Partai Gelora. Ini tak lain karena adanya figur pembeda pada Partai Gelora seperti Fahri Hamzah. “Ketokohan dia dengan irisan elektoral militan bisa mengancam eksisnya PKS. Ceruknya sama,” kata dosen FISIP Universitas Islam (Unis) Syeh Yusuf Tangerang ini kepada Inilah.com, Rabu lalu (14/12/2022).

Adapun Perindo, menurut prediksi Adib, bisa berpeluang lolos ke Senayan lantaran ada figur seperti Tuanku Guru Bajang (TGB) yang bisa menjadi daya dobrak elektoral. “PSI saya agak pesimistis, ini dikarenakan konflik internal yang tak kunjung selesai, banyak ditinggal kadernya, sehingga bisa dilihat sekarang semacam sudah gembos,” ujarnya.

Dengan ambang batas parlemen sebesar empat persen, Adib memprediksi dengan analisa bahwa apatisme politik tinggi, parpol baru terancam besar gagal mencapai Senayan.

Sangat beratnya persaingan parpol baru untuk dapat melaju ke DPR pada Pemilu Legislatif 2024 juga disampaikan pengamat politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga. Menurut analisisnya, partai baru nonparlemen peserta Pemilu 2024 hanya berpeluang mengisi dua partai yang kemungkinan besar tersingkir dari Senayan, yaitu PPP dan PAN.

Kemungkinan bakal tersingkirnya PPP dan PAN dari DPR, menurut Jamiluddin, cukup besar karena hasil survei beberapa lembaga survei yang kredibel menunjukkan elektabilitas dua partai itu di bawah empat persen.

“Jadi, partai baru hanya berpeluang mengisi dua partai yang kemungkinan besar terdepak dari Senayan, PPP dan PAN,” kata Jamiluddin kepada Inilah.com baru-baru ini.

Karena itu, persaingan di antara parpol baru untuk bisa masuk ke Senayan sangat sengit. Hingga saat ini pun, dia mengamati masih sulit memperkirakan dua partai yang berpeluang masuk Senayan. Sebab, elektabilitas partai baru umumnya juga masih rendah.

Bagi Jamiluddin, kalaupun ada parpol baru yang elektabilitasnya di atas empat persen, tapi hasil itu dikeluarkan oleh lembaga survei yang masih diragukan kredibilitasnya, sehingga hasil survei lembaga tersebut layak diabaikan.

Dengan demikian, persaingan ketat bakal terjadi antara PPP dan PAN dengan parpol baru. PPP dan PAN akan berusaha tetap bertahan di Senayan, sementara partai baru berupaya menggusur dua partai tersebut.

“Jadi, kalau pun ada partai baru masuk Senayan, kursi yang diperoleh tampaknya pas-pasan. Artinya, perolehan suara mereka sekitar empat hingga lima persen.”

Back to top button