Market

Membangun Infrastruktur Psikologis, Paradigma Baru Mendorong Perekonomian

Para ekonom sepakat bahwa intervensi nyata seperti pembangunan infrastruktur jalan dapat meningkatkan perekonomian atau memberikan modal usaha bagi UKM akan mendorong pendapatan masyarakat. Tapi bagaimana dengan infrastruktur psikologis? 

Mungkinkah mendorong perekonomian warga atau menjadikan orang lebih kaya dengan membantu mereka merasa lebih baik? Apa hubungan antara psikoterapi, atau perawatan farmasi, dan akumulasi kekayaan? Tyler Cowen, profesor ekonomi di Universitas George Mason Bloomberg Opinion mengatakan, ini adalah cabang penelitian ekonomi baru, dan hasilnya belum pasti. Namun penyelidikan tentang faktor mental ini sangat penting bagi perekonomian pembangunan di masa mendatang.

“Di negara-negara miskin, masyarakatnya kemungkinan besar akan menderita trauma, mengingat kondisi perang dan kekerasan, kelangkaan pangan atau bencana alam. Dan intervensi psikologis murni menjanjikan sebagai alat sederhana untuk perbaikan ekonomi,” kata Cowen, dalam tulisannya di Bloomberg Opinion, kemarin.

Sebuah penelitian di Ethiopia mengamati dampak psikologis dari penggalangan aspirasi. Para peneliti membuat uji coba kontrol acak, yang menunjukkan sekelompok orang menonton film pendek tentang kesuksesan bisnis dan kewirausahaan di masyarakat. 

Enam bulan kemudian, mereka yang menonton film tersebut bekerja lebih banyak, menabung lebih banyak, dan berinvestasi lebih banyak di bidang pendidikan, dibandingkan dengan mereka yang belum menonton film tersebut. Bahkan lima tahun kemudian, rumah tangga yang menonton film tersebut telah mengumpulkan lebih banyak kekayaan, dan anak-anak mereka rata-rata mendapat pendidikan lebih lama 0,43 tahun, yang biasanya dianggap sebagai dampak yang mengesankan. 

Di Meksiko, sebuah video aspirasional yang ditayangkan kepada perempuan pemilik usaha mikro menghasilkan peningkatan kinerja bisnis. Penelitian ini sekali lagi merupakan uji coba kontrol acak.

Budaya dan Psikoterapi

Beberapa budaya telah lama dipandang positif sebagai budaya kewirausahaan, misalnya komunitas Tionghoa perantauan dan Lebanon di seluruh dunia. Mereka tidak menonton video, namun mereka menerima pengaruh budaya yang terkonsentrasi dan terus menerus, mulai dari ceramah orang tua, tekanan teman sebaya, hingga film, lagu, dan TV yang aspiratif.

Cowen yang juga pembawa acara di blog Marginal Revolution kembali menjelaskan, pertanyaannya bukanlah apakah pengondisian budaya akan berhasil melainkan seberapa efektif dosis kecil tersebut. Terkadang intervensi psikologis hanya menghasilkan efek sementara. Salah satu desain penelitian mengajarkan pelajaran efikasi diri kepada perempuan di India. Kemungkinan lapangan kerja meningkat 32 persen dalam jangka pendek namun dalam waktu satu tahun dampaknya telah hilang.

Bagaimana dengan psikoterapi, yang sangat menonjol di sebagian besar negara Barat? Pertanyaan ini sulit dijawab karena biaya dan peraturan mempersulit pelaksanaan uji coba terkontrol secara acak, yang merupakan standar emas penelitian, di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat. Meskipun demikian, ada beberapa hasil yang menggembirakan.

Sebuah survei terhadap negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menemukan 39 penelitian yang mengidentifikasi perawatan psikoterapi dapat meningkatkan hasil kerja, termasuk pekerjaan, dalam uji coba terkontrol secara acak. Di Pakistan, perawatan kesehatan mental bagi ibu yang mengalami depresi selama masa perinatal memberikan manfaat positif yang signifikan bagi anak-anaknya. 

Sebuah penelitian di Nigeria menemukan bahwa perawatan psikososial dan bantuan tunai dapat meningkatkan hasil bagi penerimanya. Namun dalam penelitian lain di Kenya, bantuan tunai lebih murah dan efektif dibandingkan pengobatan psikologis, meskipun pengobatan psikologis menunjukkan beberapa manfaat.

Bagaimana dengan antidepresan? Masih menurut Cowen, para ekonom baru saja mulai mengumpulkan bukti. Sebuah penelitian yang dilakukan di India menemukan bahwa antidepresan yang dikombinasikan dengan terapi dan bantuan mata pencaharian seperti pelatihan kerja dan konseling, mempunyai efek positif yang signifikan bagi perempuan yang diobati. Tingkat depresi lebih rendah, dan hal ini menyebabkan investasi yang lebih besar pada anak-anak perempuan dan mengurangi kejadian “kejutan negatif” dalam kehidupan perempuan.

Investasi pada Infrastruktur Psikologis

Tak satu pun dari hasil ini menunjukkan bahwa terdapat “psikologi kemiskinan” yang harus diatasi melalui intervensi eksternal. Namun, hal ini menyiratkan bahwa negara-negara miskin dapat memperoleh keuntungan dengan berinvestasi pada apa yang disebut infrastruktur psikologis dan psikoterapi.

Desain penelitian ini dapat diterapkan pada ratusan atau ribuan orang, namun tidak akan pernah mudah untuk menerapkannya pada seluruh warga negara. Meskipun demikian, negara-negara dapat menjadikan bantuan terapeutik lebih mudah diakses dan terjangkau, serta menumbuhkan budaya di mana masyarakat merasa nyaman untuk mencarinya.

Kebudayaan penting bagi pembangunan ekonomi dan menjadi salah satu bagian kecil dari teka-teki tersebut. Etos aspirasional yang lugas akan membantu, dan intervensi budaya berskala kecil dapat sedikit menggerakkan masyarakat ke arah tersebut.

Meskipun beberapa penelitian tentang pentingnya infrastruktur psikologis ini baru saja dimulai, mungkin belum terlalu dini untuk mengatakan bahwa – setidaknya dari sudut pandang ekonomi – lebih banyak keterbukaan terhadap intervensi psikologis dan farmasi lebih baik daripada tidak sama sekali.

Back to top button