Hangout

Lamalera, Suku Pemburu Paus di Indonesia yang Mendunia

Ditulis oleh: Kanty Atmodjo

Indonesia kaya akan keindahan alam, budaya, dan tradisi yang telah dijalani oleh penduduknya secara turun-menurun.

Dari banyaknya suku dan budaya di Indonesia, di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat sebuah suku yang dikenal sebagai suku pemburu paus yang begitu mendunia. Mereka adalah Suku Lamalera.

Sejak abad ke-17, masyarakat Desa Lamalera di Pulau Lembata, NTT tersebut, telah melakukan tradisi berburu paus yang disebut dalam bahasa setempat sebagai Baleo.

Hingga kini, tradisi yang diajarkan oleh leluhur dan nenek moyang mereka itu menjadi tradisi tahunan serta menjadi daya tarik bagi para turis. Para turis mancanegara menyebut tradisi ini sebagai “Lamalera Whale Catching Adventure”.

Walaupun berburu paus dilakukan secara tradisional, masyarakat Lamalera tetap memperhatikan sejumlah aturan, termasuk jenis paus yang boleh mereka tangkap.

Dalam berburu, tidak boleh sembarang menangkap paus. Satu-satunya spesies paus yang tidak boleh mereka buru adalah paus biru. 

Selain telah dilindung secara internasional, konon paus biru dipercaya pernah menyelamatkan Desa Lamalera.

Bagi warga Desa Lamalera, paus memang bukanlah mamalia sembarangan. Paus adalah anugerah dari Tuhan untuk menjaga kelestarian budaya di desa mereka.

Suku Lamalera
Foto: Hakai Magazine

Waktu Berburu

Biasanya para pemburu mulai melakukan perburuan saat memasuki musim Lewa, yaitu musim menangkap ikan yang jatuh pada bulan Mei hingga September setiap tahunnya. 

Sebelum memulai perburuan, penduduk setempat yang Sebagian besar beragama Katolik akan menggelar misa Leva untuk meminta restu agar ekspedisi berhasil dan berjalan aman.

Saat hari perburuan tiba, para pemburu akan dilepas ke laut dengan menggunakan perahu yang disebut Paledang. 

Dalam satu paledang biasanya terdapat empat sampai lima pendayung yang dipimpin oleh seorang Lamafa atau juru tikam. 

Seorang Lamafa tidak boleh lelaki sembarangan. Mereka adalah orang yang terpilih, taat beragama, santun, dan pemberani.

Para pemburu akan membawa paledang ke tengah laut sambil mulai melantukan mantra memanggil angin. 

Jika ada paus yang lewat, maka dari haluan perahu juru tombak akan melemparkan tempuling yaitu tombak kayu sepanjang kurang lebih 4 meter dengan mata besi di ujungnya, ke arah paus.

Satu hal atau aturan yang wajib diikuti oleh para pemburu adalah mereka tidak boleh menangkap paus yang tengah hamil, paus muda, dan paus kawin. Konon, jika dilanggar akan membawa musibah untuk desa mereka.

Para pemburu juga tidak boleh menangkap ikan dalam skala besar, karena hasil tangkapan hanya untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan bahan pangan.

Biasanya, paus yang sering diburu suku Lamalera adalah jenis paus spera atau oleh penduduk lokal disebut koteklema. 

Selain itu, mereka juga terkadang menangkap lumba-lumba, ikan pari, dan beberapa jenis ikan lainnya.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Back to top button