Hangout

Kurnia Meiga Alami Papiledema Bisa Sebabkan Kebutaan, Cek Penyebabnya!

Mantan kiper Timnas Indonesia Kurnia Meiga mengalami sakit begitu mengkhawatirkan. Ia kini sudah mendapat pemeriksaan medis dan ternyata menderita papiledema. Apa itu papiledema yang diderita Kurnia Meiga?

Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir (Etho) membantu pengobatan mantan penjaga gawang Arema FC ini. Lewat postingan Instagram-nya, Etho menunjukkan tim dokter RSPP telah melakukan pemeriksaan terhadap Kurnia Meiga yang mengalami gangguan penglihatan.

Alhamdulillah, saya mendapat laporan dari tim bahwa siang tadi dokter dari RSPP telah memeriksa kondisi Kurnia Meiga di kediamannya,” tulis Etho di Instagram, Minggu (21/5/2023). “Ini adalah pemeriksaan awal guna untuk mengetahui kondisi kesehatan Meiga. Mohon doa dari seluruh masyarakat dan pecinta bola untuk kesembuhan legenda kiper Timnas Indonesia. Aamiin,” sambungnya.

Sebelumnya Etho menyampaikan rasa prihatin atas apa yang dialami kiper legendaris Arema Malang itu. Kurnia sampai harus menjual medali serta piagam prestasi untuk biaya pengobatan matanya yang dialami sejak tahun 2017. Etho kemudian mengirimkan pesan suara kepada Kurnia, dan siap membantu dengan tangan terbuka.

Apa itu papiledema dan penyebabnya?

Papiledema adalah pembengkakan saraf optik, yang menghubungkan mata dan otak. Pembengkakan ini merupakan reaksi terhadap penumpukan tekanan di dalam atau di sekitar otak yang mungkin disebabkan oleh banyak hal.

Seringkali, ini merupakan tanda peringatan dari kondisi medis serius yang memerlukan perhatian, seperti tumor otak atau pendarahan. Namun terkadang tekanan dan pembengkakan tidak dapat ditelusuri ke masalah tertentu. Jika tidak diobati, papiledema dapat menyebabkan hilangnya penglihatan.

Apa penyebabnya? Jaringan saraf, darah, dan cairan otak semuanya dalam posisi yang pas di dalam tengkorak. Karena ruang yang terbatas, ketika jaringan membengkak, sesuatu tumbuh, atau ada lebih banyak cairan dari biasanya, tekanan di dalam meningkat dan, pada gilirannya, dapat menyebabkan papiledema.

Hal itu mungkin terjadi karena cedera kepala, tumor otak atau sumsum tulang belakang, peradangan otak atau salah satu penutupnya, seperti meningitis atau karena tekanan darah tinggi. Penyebab lainnya  bisa juga akibat pendarahan di otak, bekuan darah atau masalah dalam pembuluh darah tertentu serta pengumpulan nanah dari infeksi otak.

Juga bisa dipicu masalah pada aliran atau jumlah cairan yang mengalir melalui otak dan sumsum tulang belakang. Anda juga bisa terkena papiledema sebagai efek samping dari mengonsumsi atau menghentikan beberapa obat. Seperti kortikosteroid, isotretinoin, litium serta tetrasiklin.

Namun ketika tidak ada alasan yang jelas untuk tekanan tinggi di dalam tengkorak, kondisi ini disebut hipertensi intrakranial idiopatik (IIH). Itu terjadi pada sekitar 1 dari 100 ribu orang, tetapi 20 kali lebih mungkin terjadi pada wanita gemuk di masa subur mereka. Saat tingkat obesitas meningkat, begitu pula tingkat IIH.

Juga, tiba-tiba mendapatkan tambahan 5 sampai 15 persen dari berat badan meningkatkan kemungkinan munculnya penyakit ini. Sebenarnya kaitannya dengan kelebihan berat badan masih belum begitu terungkap. Namun ada kemungkinan lemak perut meningkatkan tekanan di dada dan memulai reaksi berantai ke otak.

Gejala dan komplikasi

Mungkin seseorang tidak memiliki gejala apa pun pada tahap awal papiledema. Dokter mungkin menemukannya ketika mereka melihat pembengkakan saraf optik selama pemeriksaan mata rutin.

Seiring perkembangannya, si penderita cenderung memiliki masalah penglihatan, biasanya di kedua mata. Penglihatan kabur atau ganda dan kehilangan penglihatan selama beberapa detik pada suatu waktu adalah hal yang umum. Gejala lainnya adalah sakit kepala, mual, dan muntah.

Dengan IIH, beberapa gejala ini lebih terlihat. Anda bisa mengalami sakit kepala setiap hari dan merasakannya di kedua sisi kepala. Sakit kepala mungkin tidak selalu memiliki intensitas yang sama, tetapi semakin memburuk saat Anda terus mengalaminya. Anda mungkin mendengar denyutan di kepala.

Papiledema yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah mata yang serius, dimulai dengan hilangnya penglihatan tepi atau samping. Pada tahap selanjutnya, penglihatan bisa menjadi kabur sepenuhnya. Beberapa orang menjadi buta pada satu atau kedua mata.

Bagaimana mengurangi risiko papiledema? Anda dapat mengurangi risiko terkena papiledema dengan menjaga tekanan darah tetap terkendali serta hindari hipertensi maligna. Anda juga harus mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Sementara pemeriksaan mata secara teratur itu penting. Seperti kebanyakan kondisi medis, diagnosis dini mengarah pada hasil yang lebih baik.

Diagnosa

Dokter mata menggunakan alat yang disebut ophthalmoscope untuk melihat ke dalam bagian belakang mata dan mendiagnosis papiledema. Tes pencitraan, seperti MRI dapat memberikan lebih banyak detail dan mungkin menunjukkan apa yang menyebabkan tekanan di otak. Nantinya, MRI dapat mengukur seberapa baik pengobatan bekerja.

Dokter juga bisa mengukur tekanan cairan serebrospinal yang mengalir melalui otak dan sumsum tulang belakang. Tes lebih lanjut pada sampel cairan ini dapat membantu mendiagnosis infeksi atau tumor.

Sementara menurut Cleveland Clinic, petugas medis bisa menggunakan versi skala Frisén untuk menilai atau stadium papiledema (yang menilai tingkat keparahan). Tahapannya mulai dari Tingkat 0 di mana cakramnya normal tetapi ujung-ujungnya mungkin kabur ke Tingkat V di mana seluruh cakram terangkat.

Jika tes mengungkapkan masalah medis, mengobatinya juga harus menyembuhkan papiledema. Misalnya, Anda mungkin memerlukan antibiotik untuk infeksi otak, pembedahan untuk mengeringkan abses atau mengangkat tumor, atau obat untuk melarutkan bekuan darah. Jika mengalami papiledema ringan dan tanpa gejala, dokter mungkin terus memeriksa dan melakukan pengujian rutin untuk menemukan masalah penglihatan sesegera mungkin.

Masih mengutip Cleveland Clinic, papiledema lebih sering terjadi pada wanita dan orang yang ditetapkan sebagai wanita saat lahir (AFAB). Mereka biasanya berusia 20 hingga 44 tahun dan cenderung kelebihan berat badan (BMI lebih besar dari 25) atau obesitas (BMI lebih besar dari 30). Insiden papiledema pada kelompok ini adalah 13 per 100 ribu. Insiden papiledema di antara populasi AS secara keseluruhan adalah 0,9 per 100 ribu orang.

Penyakit yang dialami Kurnia Mega ini bisa menimpa siapapun termasuk kita. Selama ini penyakit ini jarang diketahui masyarakat padahal pengetahuan yang baik tentang penyakit ini dapat membantu mencegah tingkat keparahan papiledema dan menanganinya dengan tepat.

Back to top button