Market

Kualitas Bersaing, Pemkab Bantul Kembangkan Kedelai Lokal

Saat ini pasokan komoditas pangan kedelai nasional masih tergantung impor. Namun Pemkab Bantul, Yogyakarta mencoba membudidayakan kedelai lokal dengan menggandeng Fakultas Pertanian UGM. Targetnya luas lahan tanaman kedelai mencapai 700 hektare.

Kerja sama dengan akademisi Fakultas Pertanian UGM itu dilakukan melalui kemitraan pada pengelolaan gudang dengan Sistem Resi Gudang (SRG) di Niten. Gudang itu dimanfaatkan untuk menyimpan hasil panen petani dan memberikan kemudahan bagi petani untuk mendapatkan dana.

“Bantul sudah berusaha agar ada kedelai lokal Bantul, yang ini hasil kerja sama kami dengan akademisi dari Pertanian UGM,” kata Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bantul, Agus Sulistiyana di Bantul, Selasa (14/11/2023).

Dari awal Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta diprioritaskan untuk melatih petani daerah ini untuk membudidayakan tanaman kedelai lokal.

“Kami kan punya resi gudang di Pasar Niten,  kami kerja sama dengan badan usaha yang kebetulan dari Pertanian UGM, yang sekarang sudah mulai melatih petani untuk mulai menyiapkan benih, menanam, dan panennya dengan kedelai Bantul,” katanya.

Agus menambahkan, kedelai lokal Bantul yang kini dikembangkan dan dibudidayakan petani dengan pendampingan tersebut ukurannya tidak kalah besar dan bagus dibandingkan dengan kedelai impor.

“Harapan kami ketika nanti luas lahan tanaman kedelai di Bantul mencapai 700 hektare itu bisa panen, kalaupun kemudian harganya murah, kami sudah menyiapkan sistem resi gudang,” katanya.

Agus menjelaskan, hasil panen kedelai lokal tersebut bisa disimpan di gudang SRG Niten ketika harganya turun, dan petani bisa mendapatkan sertifikat resi yang kemudian bisa diuangkan di perbankan pemerintah sebesar 70 persen dari nilai barang itu.

“Kemudian nanti setelah harganya naik, baru bisa diambil untuk dijual,” katanya.

Saat ini neraca kedelai nasional periode Januari-Oktober 2023, Bapanas mencatat, realisasi impor kedelai sepanjang periode Januari-Juli 2023 sudah mencapai 1,527 juta ton, dan diprediksi akan masuk lagi 5002.002 ton di periode Agustus-Oktober 2023.

Per akhir Oktober 2023 diprediksi akan ada stok sebanyak 358.291 ton, yang ketahanannya ditaksir untuk 52 hari. Untuk impor kedelai dapat dilakukan oleh perusahaan umum dan juga Bulog sesuai penugasan pemerintah.

Pada pekan lalu, harga kedelai di pengrajin tempe Banyumas, Jawa Tengah terus naik dari Rp 10.600 per kilo menjadi Rp 12.550 per kilo untuk kedelai impor.

Back to top button