News

Krisis di Gaza Makin Parah, UNRWA Tak Mampu Lagi Beri Bantuan Kemanusiaan

Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini menyebut bahwa kondisi krisis di Gaza, Palestina dari hari ke hari semakin parah.

“Krisis di Gaza sangat parah sehingga staf (saya) di sana tidak lagi mampu memberikan bantuan kemanusiaan,” ujar Philippe dikutip di Jakarta, Senin (16/10/2023).

Bahkan para stafnya pun ikut mengungsi di tengah konflik Hamas-Israel ini.

“Sebagian besar dari 13.000 staf di Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan 14 orang tewas,” sambungnya.

Diketahui, berdasarkan informasi yang dihimpun sejak Sabtu (14/10/2023), Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Farid Thalib menyatakan bahwa 2.215 jiwa wafat syahid, di antaranya 458 perempuan dan 724 anak-anak.

“Yang luka-luka 8.704 jiwa, 1.536 wanita dan 2.450 anak-anak, 10 tenaga medis syahid akibat serangan Israel yang diluncurkan saat sedang mengevakuasi warga yang meninggal dan luka-luka,” ujar Farid di Jakarta, Minggu (15/10/2023).

Secara terpisah, relawan MER-C lainnya, Fiqri Rofiul Haq juga menyampaikan Israel masih membom Gaza, bahkan serangan yang dilancarkan kini dari tiga sisi, baik udara, darat, dan laut.

“Saat ini aktivitas warga tidak banyak yang bisa dilakukan bahkan suara adzan saja sudah tidak pernah terdengar, karena sudah ratusan ribu (dari) mereka (yang) mengungsi ke tempat yang mereka anggap aman. Seperti sekolahan milik PBB dan juga RS, salah satunya RS Indonesia,” ucap Fiqri.

Masyarakat Gaza, sambung dia, juga tengah menghadapi krisis pangan, listrik dan air bersih. Fiqri mengaku sudah dua kali ke mini market sekitar, kondisinya banyak sekali rak makanan yang sudah kosong. Di samping itu, ia juga menyampaikan stok obat mulai menipis.

“Saya berharap gerbang perbatasan antara Mesir dan Gaza cepat di buka agar bantuan-bantuan negara bisa cepat masuk dan tersampaikan oleh masyarakat Gaza yang saat ini membutuhkan,” tutur dia.

Back to top button