Market

Konsumsi Rumah Tangga, Ekonom: Jadi Penopang Ekonomi di Tahun Politik

Aktivitas belanja masyarakat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tahun politik saat ini. Sektor konsumsi masyarakat menjadi andalan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen saat ekonomi global penuh dengan ketidakpastian.

“Perlu diketahui, 50 % dari pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, sisanya dari investasi, kemudian ekspor dan impor. Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas,” ujar Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Fajar Bambang Hirawan.

Pandangan Fajar ini terungkap dalam dalam diskusi Tumbuh Makna, bertema ‘Menakar Efek Gejolak Timur Tengah Terhadap Ekonomi Indonesia, di Jakarta, Rabu (26/10/2023). Namun Fajar mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Fajar menilai ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5%. Apalagi tahun politik akan mendorong belanja masyarakat. “Perlu diketahui, 50 % dari pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, sisanya dari investasi, kemudian ekspor dan impor. Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas,” ujarnya.

Saat ini pun, pemerintahan Jokowi menyiapkan Bantuan Langsung Tunai atau BLT El Nino kepada masyarakat miskin selama dua bulan, yakni November dan Desember 2023. Adapun nominal bantuan yang diberikan sebesar Rp 200 ribu per bulan per Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun menyiapkan anggaran sebesar Rp 7,52 triliun untuk dibagikan kepada 21,3 juta KPM. Pemerintah memberikan BLT ini karena trigger El Nino kepada 18,8 juta Keluarga Penerima Manfaat atau KPM. Jadi 18,8 juta KPM ini adalah kelompok penerima yang nama, alamat, dan nomor account ada di kementerian sosial.

Saat ini ekonomi secara global sedang mengalami permasalahan inflasi, ketegangan politik di kawasan memicu permasalahan lainnya. Data International Monetary Fund (IMF) bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9% pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3%.

Adapun negara-negara Timur Tengah merupakan produsen minyak mentah, sehingga sudah tentu serangan Israel ke Hamas memicu ketidakstabilan mengganggu pasokan energi dan pangan yang berujung naiknya harga minyak dan komoditi.

Dampaknya, sektor energi dan pangan ini adalah faktor pemicu inflasi secara global. “Padahal sebelum ada perang tersebut, kita berpikir bahwa pressure dari inflasi global sudah mulai menurun, namun ternyata kita dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel. Ini seperti kembali pada titik sebelumnya,” katanya.

Fajar menambahkan ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan Tiongkok. Saat ini Amerika berada pada tekanan inflasi, sehingga memaksa The Fed harus menahan daya beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar. Sementara Tiongkok saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan.

“IMF melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme dikarenakan pressure inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global. Kita berharap ketegangan Amerika dan Tiongkok pun mereda sehingga ada normalisasi yang dapat membuat iklim ekonomi kembali membaik,” ujarnya.

Back to top button