Hangout

IDAI Ungkap Tahun 2023 Sebanyak 11 Anak Alami Kematian Akibat Rabies

Anggota unit kerja koordinasi infeksi dan penyakit tropis IDAI, Novie Hometa Rampengan mengatakan terjadi peningkatan kasus rabies pada tahun 2020 hingga 2022.

Diketahui, penyakit rabies menyerang sistem saraf pada manusia yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan saraf hingga kematian.

“Dari tahun 2020 sampai 2022 angka gigitan hewan penular rabies (GHPR)  itu cenderung meningkat bila angka GPHR meningkat otomatis akan  berkorelasi dengan angka kejadian rabies yang juga akan meningkat,” ujar Novie melalui diskusi virtual IDAI, Jakarta, Sabtu (17/6/2023).

Berdasarkan data Kemenkes yang dipaparkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2020 sebanyak 82.634 orang mengalami GPHR, kemudian pada 2021 mengalami penurunan yaitu sebanyak 57.257 orang.

Namun pada 2022 mengalami peningkatan sebanyak 104.229 orang yang mengalami GPHR.

Novie juga memaparkan, angka kematian pada tahun 2020 sebanyak 40 orang, tahun 2021 sebanyak 62 orang, pada 2022 sebanyak 102 orang dan tahun 2023 sebanyak 11 orang. Dari data tersebut, dua wilayah Indonesia ditetapkan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa).

“Ada sebelas kematian kasus rabies di Indonesia pada 2023. Pada tahun 2023 terdapat dua wilayah yang KLB rabies dimana sebelumnya belum pernah ada kasus rabies tiba-tiba timbul kasus yaitu kabupaten Sikka, NTT dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT,” katanya.

Novie mengatakan 95 persen kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan anjing. Akibatnya 40 persen kasus rabies terjadi pada anak lantaran, diketahui anak paling sering bermain dengan binatang.

“Lebih dari dari 95 persen kasus rabies pada manusia terjadi akibat gigitan anjing. Dari gigitan anjing pada manusia itu 40 persen kasus rabies terjadi pada anak, kenapa? seperti kita ketahui anak-anak senang bermain dengan binatang sehingga mereka sering bergaul akrab dengan binatang. Begitu kurang perhatian dari orang tua dia rentan diserang oleh binatang tersebut,” ungkapya.

Lebih lanjut, Novie mengatakan penularan rabies bisa melalui gigitan dan non gigitan seperti goresan, cakaran atau jilatan pada kulit terbuka oleh hewan yang terinfeksi rabies. Akan tetapi, Novie mengungkapkan rabies dapat dicegah dengan vaksinasi rabies pada anjing.

“Rabies dapat dicegah asalkan 70 persen anjing dalam polupasi mendapat vaksinasi,” tegasnya.

Kemudian, Novie menjelaskan tanda-tanda rabies pada anjing yaitu anjing sering menghindar, mudah terkejut dan tidak patuh. Selain itu, anjing juga memiliki gejala seperti fotofobia dan hydrophobia. Kemudian, anjing menjadi sangat liar, hidung kering, dan ekornya diantara kedua paha setelahnya anjing akan mengalami kelumpuhan dan hanya bertahan 10-14 hari.

Lebih dalam, jika manusia telah terkena virus ini, maka akan mengalami lesu, deman, sakit tenggorokan dan nyeri.

“Mengalami sensoris atau kesemutan, rasa panas di lokasi gigitan. Gangguan saraf pada pupil, berkeringat dan air mata menetes. Tak hanya itu, manusia akan mengalami hydrophobia, kejang-kejang, kesulitan bernafas hingga mengalami kematian,” tandasnya.

Back to top button