Market

Klaim Pengangguran AS Lebih Rendah, Rupiah Melaju Keok

Laporan data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah menjadi kabar baik bagi dolar AS dan menjadi tekanan negatif bagi nilai tukar (kurs) rupiah. Imbasnya, kurs mata uang garuda terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat (3/3/2023) melemah.

Rupiah pada Jumat pagi melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.300 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.281 per dolar AS.

“Rupiah diperkirakan akan melemah oleh penguatan dolar AS setelah data klaim pengangguran AS yang lebih rendah dan komentar hawkish dari pejabat The Fed,” kata analis DCFX Futures Lukman Leong seperti dikutip Antara di Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Lukman menuturkan klaim pengangguran AS turun dari 192 ribu menjadi 190 ribu, juga lebih rendah dari perkiraan untuk 195 ribu.

Selain itu, komentar hawkish dari pejabat bank sentral AS atau The Fed juga mendukung penguatan dolar AS, karena mereka mengisyaratkan bahwa suku bunga perlu dinaikkan agar berhasil meredam inflasi.

Data pada Jumat (24/2/2023) menunjukkan belanja konsumen AS meningkat tajam pada Januari, sementara inflasi memanas. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), pengukur inflasi pilihan Fed, melonjak 0,6 persen bulan lalu setelah naik 0,2 persen pada Desember.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 21-22 Maret, meskipun beberapa analis melihat kemungkinan kenaikan 50 basis poin jika inflasi tetap tinggi dan pertumbuhan tetap kuat.

Pasar sekarang memperkirakan suku bunga dana Fed mencapai puncaknya tepat di bawah 5,3 persen pada Juli.

Lukman memprediksi rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp15.250 per dolar AS hingga Rp15.350 per dolar AS.

Pada Kamis (2/3/2023), rupiah ditutup merosot 46 poin atau 0,30 persen ke posisi Rp15.281 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.235 per dolar AS.

Back to top button