Market

Keuangan Waskita Babak Belur, Arya Sinulingga: Gara-gara Asal Ambil Proyek Tol


Tegas saja Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyebut pemantik babak belurnya keuangan PT Waskita Karya (Persero/WSKT) Tbk. Karena tata kelola perusahaan yang tidak benar, alias ugal-ugalan.

“Yang pasti ya, karena Waskita ini ngelolanya tidak benar. Kenapa tidak benar? Karena dulu itu, Waskita pertama IPO (Initial Public Offering) meraup dana besar. Kemudian terbitkan obligasi, dapat dana besar lagi. Eh, dana tersebut dipakai untuk ambil proyek jalan tol dari pihak-pihak lain,” terang Arya di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, dikutip Selasa (19/12/2023).

Dijelaskan mantan orang dekat pengusaha Hary Tanoesodibjo atau HT itu, Waskita mendapatkan proyek pembangunann jalan tol dari pihak-pihak yang memiliki lisensi. Tentu saja, Waskita harus mengeluarkan biaya yang tidak kecil.

“Jadi bukan dari proyek baru. Jadi dia beli dari yang punya lisensi jalan tolnya. Ya kan? Jadi uangnya jor-joran ke sana. Ini bukan ke jalan tol baru, enggak. Dia ambil tol-tol yang sudah ada lisensinya itu,” kata Arya.

Ketika pandemi COVID-19, kata Arya, keuangan Waskita memburuk. karena tidak bisa melepaskan kepemilikan terhadap proyek tol yang belum jadi.

“Nah di situ ternyata tidak selesai. Apalagi saat Corona (COVID-19). Dia mau jual, tolnya belum rampung. Semua ini akibat dulunya jor-joran itu lho. Jadi, bukan misalnya kayak HK yang benar-benar menggarap tol baru, seperti di Sumatra,” ujarnya.

Penjelasan ini, kata Arya, membantah adanya persepsi bahwa rusaknya keuangan Waskita Karya karena adanya penugasan dari pemerintah untuk membangun jalan tol.

“Jadi ini juga membantah ya, bahwa membangun jalan tol yang diminta pemerintah, membuat BUMN karya menjadi tidak baik. Buktinya HK (Hutama Karya) baik tidak? Bagus kan,” lanjutnya.

Dikatakan Arya, keuangan Waskita semakin babak belur ketika membentuk anak usaha yakni Waskita Beton. Karena, tata kelola perusahaannya juga tidak benar.

Terkait perusahaan pelat merah (BUMN) yang akan masuk pasar modal melalui IPO, menurut Arya, justru membuat kinerjanya mengilap. Sebelum IPO, Kementerian BUMN melakukan perhitungan dengan cermat dan terukur. Termasuk merencanakan dana hasil IPO digunakan untuk apa.

“Sekarang berapa BUMN atau anak usaha BUMN yang IPO selama Pak Erick? Baru dua, mitratel dan geothermal. Bagus tidak? Bagus. Kemarin kita mau IPO-kan juga PHE (Pertamina Hulu Energi), tapi market sedang tidak bagus. Jadi enggak kita IPO-kan dulu,” terang Arya. 

Back to top button