News

Sudah 17 Pekan Pilot Susi Air Disandera, Negosiasi Damai Masih Tetap Jadi Prioritas

Drama penyanderaan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens oleh kelompok separatis Papua hingga kini masih belum berakhir. Bahkan keberadaannya pun masih belum diketahui.

Meski penyanderaan sudah berlangsung selama empat bulan atau sedikitnya 17 pekan, namun pemerintah Indonesia tetap mengedepankan negosiasi dalam upaya membebaskan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru tersebut.

Upaya negosiasi merupakan perintah langsung Presiden RI Joko Widodo kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono untuk berhati-hati membebaskan pilot Susi Air.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpesan agar keselamatan menjadi prioritas utama dalam upaya penyelamatan terhadap Philip Mehrtens.

“Yang paling penting dengan penuh kehati-hatian agar tetap keselamatan menjadi yang utama,” ujarnya pada 21 Mei lalu usai rapat internal di Istana Negara.

Mengikuti perintah Presiden Jokowi tersebut, Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI pun langsung berupaya membebaskan pilot WNA tersebut.

Namun dirinya tidak bisa membeberkan upaya penyelamatan yang dilakukan prajurit TNI sejak awal penyanderaan berlangsung.

“Kita tidak bisa menjelaskan secara detail taktik strategi kita, tentunya kita berusaha untuk menyelamatkan, tetap berusaha menyelamatkan pilot dengan tidak menimbulkan korban jiwa baik dari masyarakat,” ujar Yudo pada Senin (29/5/2023) lalu.

Untuk meminimalisir korban jiwa masyarakat, pihaknya masih terus mengedepankan negosiasi yang dilakukan pemerintah daerah, tokoh agama, serta tokoh masyarakat dengan para penyandera.

“Ada tokoh masyarakat yang akan berusaha menyelesaikan secara damai tersebut dan mereka tidak berharap terjadi kontak tembak antara TNI-Polri untuk menyelamatkan itu,” tambahnya.

Terakhir, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengakui upaya proses negosiasi dengan kelompok Egianus Kogoya memang masih alot. Sehingga drama penyanderaan harus berlarut-larut sampai berjalan selama empat bulan.

Salah satu kendala yakni, kelompok tersebut enggan membuka komunikasi untuk bernegosiasi.

“Namun, kami yakin dan percaya dan terus tetap mengedepankan proses negosiasi untuk pembebasan pilot Susi Air ini,” jelasnya, Minggu (11/6/2023).

Berdasarkan informasi terakhir yang diterima Polda Papua, keberadaan kapten Philip masih di sekitar Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Sama halnya yang disampaikan Damien Kingsbury yang ditunjuk sebagai negosiator bahwa Philips Mehrterns masih berada di markas persembunyian kelompok Kogoya di Kabupaten Nduga.

“KKB hanya menginginkan kemerdekaannya diakui oleh Indonesia, dan hanya itulah yang dapat menjadi jalan keluar untuk kita semua,” kata Damien.

Juru Bicara pemerintah Selandia Baru itu menegaskan masih terus berupaya memulangkan warganya tersebut bekerja sama dengan pemerintah Indonesia mengutamakan proses negosiasi damai.

“Kami inginkan negosiasi damai, kami menginginkan resolusi dari masalah ini tanpa ada pertumpahan darah yang sangat tidak kita inginkan,” tandasnya.

Sebelumnya, pada Selasa (7/2/2023) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) telah membakar pesawat Susi Air di Bandara Distrik Paro, Nduga, Papua Tengah.

Juru Bicara Komnas TPNPB-OPM Sebby Sambom mengaku, Kogoya bersama pasukannya telah menyandera sang pilot.

“Pilotnya kami sudah Sandera dan kami sedang bawa keluar, untuk itu anggota TNI-Polri tidak boleh tembak atau interogasi masyarakat sipil Nduga sembarang, karena yang melakukan adalah kami TPNPB OPM Kodap III Ndugama-Derakma di bawah Pimpinan Panglima Brigjen Egianus Kogoya,” ucapnya melalui keterangan tertulis, Selasa (7/2/2023).

Back to top button