News

Kendaraan Bermotor Disebut Jadi Sumber Polusi, Pertalite Akan Dibatasi?

Polusi di kawasan Jabodetabek belakangan ini menjadi sorotan semua orang karena sangat mempengaruhi kualitas udara. Kendaraan bermotor dianggap menjadi penyumbang terbesar akibat emisi yang dihasilkan.

Oleh karena itu, Pemerintah mulai memperketat aturan uji emisi pada kendaraan dan bakal melakukan penindakan apabila tidak memenuhi syarat. Untuk itu, setiap pemilik kendaraan diwajibkan merawat kendaraan dan menggunakan bahan bakar yang sesuai.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), diketahui sedang membahas penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) tinggi emisi untuk kendaraan di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini upaya pemerintah untuk menekan polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengkaji kendaraan berbasis BBM yang beredar di daerah Jakarta dan sekitarnya. Dia menyebutkan bahwa BBM yang memiliki oktan tinggi maka akan menghasilkan pembakaran yang lebih rendah emisi.

“Kita akan liat selain PLTU tapi juga BBM. Kan secara teknis makin tinggi angka oktan pembakarannya makin bagus. Kalo pembakaran makin bagus, emisinya akan semakin sedikit,” kata dia di sela pembukaan acara 41st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM), Nusa Dua, Bali, Kamis (24/8/20023).

Oleh karena itu, Dadan mengatakan pihaknya sedang membahas perihal penggunaan bahan bakar minyak (BBM) rendah oktan tersebut. Sebagaimana diketahui, di Indonesia sendiri BBM yang rendah oktan seperti halnya BBM RON 90, yakni Pertalite

Dia menyebutkan bahwa rencana tersebut masih pihaknya bahas secara internal. Dia mengungkapkan pembahasan itu mencakup teknis penyaluran, regulasi, hingga sisi keekonomiannya. “Kita lagi bahas, lagi lihat secara teknis maupun secara regulasi dan secara keekonomian karena kan berbeda,” kata Dadan

Tak hanya soal pembatasan pemakaian BBM itu, Dadan mengatakan bahwa saat ini pihaknya juga berencana untuk melaukan subsidi pada BBM jenis Pertamax. “Itu (rencana subsidi Pertamax) termasuk yang sedang dibahas,” ujarnya.

Selain membahas pemberian subsidi untuk BBM jenis Pertamax, Kementerian ESDM juga tengah mengkaji opsi untuk menghentikan subsidi pada BBM Pertalite.

Dana subsidi yang terkumpul dari Pertalite nantinya dapat dialokasikan untuk mendukung subsidi BBM beroktan lebih tinggi.

“Kami sedang melakukan pembahasan internal untuk melihat kemungkinan penghapusan subsidi Pertalite dan pengalihan dana subsidi ke BBM dengan RON lebih tinggi,” tambah Dadan.

Polusi Pertalite
[foto: Inilah.com]

GAIKINDO Sebut Polusi Udara Akibat Penggunaan BBM Kualitas Buruk

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi menyadari kendaraan bermotor merupakan salah satu yang berkontribusi dalam pencemaran udara. Namun, berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan untuk meminimalkan efek yang disebabkannya. Selain itu, perlu adanya investigasi secara menyeluruh pada semua kemungkinan yang menyebabkan polusi udara.

“Memang benar saat ini jumlah kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia, khususnya Jakarta meningkat. Sejak 2018, industri kendaraan bermotor di Indonesia sudah memenuhi standar Euro 4, sehingga kendaraan-kendaraan yang diproduksi, dijual, dan beredar di Indonesia lebih bersih dan ramah lingkungan,” kata Nangoi dalam keterangannya kepada Inilah.com, Jumat (25/8/2023).

Agar upaya penurunan emisi kendaraan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bahan bakar yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan standar Euro 4.

Untuk bahan bakar bensin spesifikasinya nilai oktan minimum RON 91 dan kadar sulfur maksimum 50 ppm. Sedangkan untuk bahan bakar solar, spesifikasnya minimum Cetane Number 51 dan kadar sulfur maksimum 50 ppm.

Menurut Nangoi, penggunaan teknologi mesin standar Euro 4 yang menghasilkan emisi rendah dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi.

“Namun sangat disayangkan saat ini yang kami tahu masih ada beberapa jenis bahan bakar yang tidak memenuhi standar Euro 4. Akibatnya, target kendaraan dengan emisi rendah belum dapat tercapai sepenuhnya,” ungkapnya.

Upaya yang dilakukan industri kendaraan bermotor Indonesia ke depannya adalah dengan mendorong inovasi teknologi yang semakin rendah emisi.

Selain mobil listrik berbasis baterai, perlu juga mendorong mobil hybrid. Bahkan saat ini industri kendaraan bermotor juga terus mengembangkan kendaraan dengan bahan bakar baru terbarukan seperti Biodiesel dan juga Etanol.

Ini dilakukan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak.

“Yang harus ditekankan adalah teknologi otomotif tersebut harus didukung oleh para penggunanya. Untuk itu, GAIKINDO dan para anggotanya berupaya untuk terus memberikan edukasi kepada konsumen tentang penggunaan teknologi kendaraan bermotor yang lebih ramah lingkungan,” ujar Nangoi.

“Kami juga menghimbau agar para pengguna kendaraan dapat memutuskan penggunaan bahan bakar yang tepat, serta ketaatan pengguna menjaga waktu perawatan mesin, untuk meminimalisir efek polusi udara,” tambahnya.

Polusi Pertalite
[foto: mongabay.co.id]

Beda Pertamax dengan Pertalite

Pertamax dan Pertalite adalah dua jenis bahan bakar yang diproduksi oleh Pertamina, perusahaan minyak dan gas bumi nasional Indonesia. Berikut sejumlah perbedaan antara Pertamax dan Pertalite:

Kandungan Oktan: Pertamax memiliki kandungan oktan (RON) lebih tinggi daripada Pertalite. Kandungan oktan Pertamax mencapai 92-95, sedangkan kandungan oktan Pertalite mencapai 90.

Harga: Pertalite lebih murah daripada Pertamax, karena kandungan oktannya yang lebih rendah. Harga Pertamax lebih mahal karena kandungan oktannya yang lebih tinggi.

Ketersediaan: Perbedaan selanjutnya antara Pertalite dan Pertamax adalah ketersediaan. Pertalite lebih mudah ditemukan daripada Pertamax, karena Pertalite telah dihadirkan secara khusus untuk menggantikan jenis bahan bakar Premium. Sedangkan Pertamax hanya tersedia di stasiun pengisian bahan bakar tertentu.

Performa Mesin: Karena kandungan oktan yang lebih tinggi, Pertamax dapat memberikan performa mesin yang lebih baik dibandingkan Pertalite.

Efisiensi Bahan Bakar: Pertalite lebih efisien daripada Pertamax, sehingga mesin dapat menghasilkan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat.

Pemakaian: Pertamax biasanya digunakan oleh kendaraan yang membutuhkan performa mesin yang lebih baik, seperti mobil sport atau kendaraan bermesin besar. Sedangkan Pertalite cocok digunakan oleh kendaraan sehari-hari.

Emisi Gas Buang: Kandungan oktan yang lebih rendah pada Pertalite dapat menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah dibandingkan Pertamax.

Pemanfaatan Bahan Bakar: Karena kandungan oktan yang lebih tinggi, Pertamax dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar, sehingga dapat digunakan untuk keperluan yang membutuhkan tenaga yang lebih besar, seperti keperluan industri atau pembangkit listrik. Sedangkan Pertalite biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor.

Back to top button