Market

Kenapa Beras Indonesia Termahal di Asia Tenggara, Ini Kata Mantan Kabulog

Rabu, 21 Des 2022 – 03:09 WIB

KTNA Indramayu Tak Mempermasalahkan Kebijakan Impor Beras, Asal...

Stok beras impor yang di Tanjung Priok untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, Jakarta, Selasa (20/12/2022). (Foto: Antara)

Mantan Kepala Bulog (Kabulog), Sutarto Alimoesa mengakui harga beras Indonesia termahal di Asia Tenggara. Banyak hal penyebabnya. Salah satunya karena inefisiensi akibat sempitnya lahan.

“Petani di Pulau Jawa, luas lahannya kecil sekali. Rata-rata, hanya 0,25 sampai 0,3 hektare. Akibatnya apa, biaya produksinya mahal. Inefisiensinya besar. Sudah lahannya kecil, pupuknya kebanyakan. Misalnya, lahan 0,3 hektare hanya perlu pupuk 25 kilogram. Tapi pupuk, enggak ada yang kemasannya 25 kilogram. Terpaksalah beli yang 50 kilogram. Itu kan pemborosan,” terang Sutarto kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (20/12/2022).

Belum lagi, kata Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) itu, lahan pertanian di Pulau Jawa, terus menyusut. Banyak yang beralih fungsi menjadi industri, perumahan atau properti. “Belum lagi budaya waris sawh yang begitu kuat di Jawa. Misalnya petani punya lahan 2 hektare, anaknya empat. Setelah gede-gede, sawahnya dibagi empat. Terus sama anaknya itu dibagikan lagi ke anaknya. Tambah lama tambah susut luasan sawah di Jawa,” terangnya.

Akibatnya, lanjut Sutarto, banyak petani yang pada akhirnya, tak punya lahan. “Mereka terpaksa menjadi buruh tani, lahannya sewa. Dan, sewa lahan itu mahal sekali. Enggak punya modal, kerja sama dengan tengkulak. Mereka hanya sebagai pekerja yang mendapat bagian saat panen. Dan, bagiannya itu kecil sekali,” ungkap Sutarto.

Ketika harga beras mahal, kata Sutarto, petani tidak banyak menikmatinya. Kehidupan mereka tetap saja miskin. Akan berbeda apabila petani yang lahannya sempit, kurang dari 2 hektare, menanam selain padi. “Kalau lahan sempit maksa nanam padi, ya hasilnya akan seperti itu. Itulah penyebab mahalnya harga beras di Indonesia,” tuturnya.

Namun, lanjut mantan Direktur Jenderal Peranian Kementan itu, akan berbeda ketika petani di Indonesia memiliki lahan minimal 2 hektare. Biaya produksi bisa lebih efisien dengan hasil yang maksimal. Tak kalah dengan Vietnam, Thailand, Myanmar atau penghasil beras lainnya. “Kalaupun pakai harga beras internasional, petani masih bisa untung. Saya yakin, harga beras Indonesia bisa lebih murah ketimbang Thailand, Vietnam, Myanmar, atau Filipina. Itu yang menjadi tantangan pemerintah saat ini,” imbuhnya.

Sebelumnya, laporan World Bank bertajuk Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022,

menyebut harga beras di Indonesia termahal di Asia Tenggara. Bank Dunia menyebutkan, harga beras di Indonesia lebih tinggi 28 persen ketimbang Filipina. Atau dua kali lipat beras asal Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.

Mahalnya harga beras di Indonesia, diduga karena adanya pembatasan tarif impor, monopoli impor BUMN, dan hal lainnya yang tidak terkait tarif. “Rantai pasok yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi juga penyebab harga pangan itu tinggi bagi konsumen di negara tersebut,” kata Bank Dunia.

Back to top button