Market

Kelebihan Pasokan Listrik 7 GW, PLN Mampu Kerek Laba 124 Persen

Pandemi COViD-19 yang memicu kelebihan pasokan (over supply) setrum hingga 7 GW, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero/PLN) mampu mengerek laba bersih 124 persen dari target Rp6,4 triliun. Capaian ini layak diapresiasi.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, tak segan memuji performance PLN di bawah pimpinan Darmawan Prasodjo, mampu menorehkan kinerja moncer. “Pada 2022, PLN berhasil meraup laba Rp14,4 triliun. Atau naik 124 persen dibandingkan target yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp6,4 triliun. Saya pikir ini perlu diapresiasi,” ungkap Fahmy, Jakarta, Senin (8/5/2023).

Meroketnya laba PLN, kata dia, diperoleh dari peningkatan penjualan listrik sebesar 6,3 persen, dari 257,6 Terra Watt hour (TWh) pada 2021, naik menjadi 273,8 TWh pada 2022. Alhasil, pendapatan pabrik setrum pelat merah ini, naik 7,7 persen dari Rp288,9 triliun pada 2021, menjadi Rp311,1 triliun pada 2022.

“Capaian kinerja keuangan itu diraih bukan tanpa tantangan dan masalah. Berbagai permasalahan yang cukup berat harus dihadapai, di antaranya kenaikan harga bahan bakar, angka inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan kelebihan pasokan listrik,” ungkapnya.

Namun demikian, kata Fahmy, permasalahan tersebut dapat diatasi PLN dengan baik. sehingga laba 2022 meningkat secara signifikan. Kenaikan laba tersebut dicapai, salah satunya lewat langkah transformasi digital dari hulu ke hilir. “Digitalisasi tak hanya hadir lewat PLN Mobile sebagai garda terdepan pelayanan pelanggan saja, tetapi juga digitalisasi operasional,” imbuhnya.

Digitalisasi transmisi dan distribusi listrik, kata dia, perlu terus ditingkatkan. Agar ketika terjadi disrupsi atau gangguan, bisa termonitor secara cepat dan penanganan bisa dilakukan secara tangkas. “Hal ini sebagai wujud komitmen PLN dalam memberikan layanan listrik tanpa kedip kepada masyarakat. Inovasi manajemen keuangan yang lebih transparan juga perlu dipertahankan oleh PLN,” kata Fahmy.

Back to top button