Hangout

Kelainan Fetish Dapat Terjadi Akibat Stres

Memiliki fetish dapat dianggap sebagai sesuatu hal yang normal, meski begitu seseorang dapat dikatakan memiliki fetish sebagai suatu kelainan seksual, jika membahayakan dan menyakiti dirinya maupun orang lain.

Kelainan fetish atau fetishistic disorder dapat terjadi jika seseorang menggunakan benda atau bagian tubuh non-seksual untuk memuaskan nafsu seksualnya.

Sedangkan gangguan fetishistik, menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Kelima (DSM-5) yaitu ketika seseorang didiagnosis memiliki fetish yang memengaruhi kesehatan mental mereka, atau aspek lain dari kesejahteraan mereka untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan.

Baru-baru ini, masyarakat dan para ibu menyusui di Indonesia tengah dihebohkan dengan adanya oknum yang melecehkan secara seksual kegiatan menyusui seorang busui, dengan menjadikan ASI sebagai fetishnya.

Peristiwa ini berawal dari pengakuan seorang ibu menyusui yang mengunggah hasil pumping ASI-nya di media sosial. Kemudian seorang oknum pria tersebut menghubungi dirinya dengan mengatakan memiliki ketertarikan seksual terhadap ASI.

Kelainan fetish dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah karena stres. Fetish terjadi kepada setiap individu, oleh sebab itu gangguan kelainan fetish hanya dapat didiagnosa secara dasar, seperti melihat apakah seseorang mengalami tekanan pribadi, gangguan dalam fungsi sosial, dan gairah yang tidak terjadi jika tanpa objek yang dijadikan fantasi.

Penderita kelainan fetish biasanya didominasi oleh kaum laki-laki, dibandingkan dengan kaum perempuan. Mengutip dari kanal Psychology Today, Sabtu (12/08/2023), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa hampir semua hal dapat dijadikan sebagai objek fetish.

Bahayanya dari memiliki kelainan fetish adalah seseorang dapat merasa seolah-olah tidak ada lagi yang dapat mengendalikan perasaan dan kehidupan mereka, sehingga dia akan berbuat apapun untuk dapat memenuhi keinginannya.

Mengutip dari laman Psychology Today, beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa seseorang dapat memiliki lebih dari satu fetish.

Sebuah studi dilakukan dengan mendata 48 orang yang memiliki fetish, hasilnya adalah 17 orang memiliki 1 fetish, 9 orang memiliki 2 fetish, 12 orang memiliki 3 fetish, 6 orang memiliki 4 fetish, dan sisanya memiliki hingga 9 fetish.

Gangguan atau kelainan fetish dapat diobati dengan melakukan pengobatan dan konsultasi secara rutin kepada dokter terkait.

Menurut kanal Thriveworks, terdapat 3 cara yang dapat dilakukan sebagai pengobatan untuk kelainan fetish, yaitu terapi sex dengan mempelajari lebih dalam arti positif dari sex, terapi perilaku kognitif (CBT) dengan mempelajari upaya yang dapat mengurangi pemikiran terhadap fetish yang dimiliki, dan pengobatan dengan memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan atau mengendalikan gairah sex seseorang.

Back to top button