Market

Kebutuhan Beras Premium, Bulog Akui Hanya Mampu Penuhi Satu Persen


Perum Bulog melalui unit bisnisnya, Bulog Sentra Niaga telah menambah pasokan beras premium sebanyak 300 ribu ton untuk mengendalikan harga beras premiun yang terus meningkat. Meski demikian, jumlah tersebut baru satu persen dari keseluruhan kebutuhan beras jenis ini.

General Manager Unit Bisnis Bulog Sentra Niaga Topan Ruspayandi menyatakan Bulog telah membangun 10 pusat penggilingan padi, tujuh pusat pengolahan beras, hingga logistiknya. Selain itu, Badan Pangan Nasional telah mengizinkan 200 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) untuk dikelola Bulog menjadi beras premium.

”Pemerintah berharap dengan beras pengalihan ini bisa mengendalikan yang medium dan premium. Kita lihat ke depannya. Semoga programnya bisa efektif dalam mengendalikan harga karena baru berjalan,” kata Topan dalam pernyataannya dikutip Minggu (11/2/2024).

Bulog terus berupaya mengatasi pengelolaan pangan dalam negeri. Namun tidak bisa hanya mengandalkan penugasan dari pemerintah. Karena itu, anak usaha BUMN ini berupaya meningkatkan produksi beras di dalam negeri. ”Misalnya, mendorong BUMN atau swasta food agriculture atau enabling environment agar (pekerjaan) petani menjadi sesuatu yang menarik. Sehingga bisa memenuhi kehidupan dari para petani sendiri. Inilah yang ke depan mungkin Bulog lebih banyak masuk ke situ,” katanya menjelaskan.

Saat ini pemerintah sangat membutuhkan stok cadangan pangan untuk mengamankan kebutuhan secara nasional. Apalagi, masih menghadapi sejumlah tantangan seperti perubahan iklim ekstrem, distribusi supply chain pangan, dan pertambahan penduduk Indonesia.

Apalagi merupakan pertama kalinya Indonesia menghadapi El Nino dalam dua tahun berturut-turut. Akibatnya, masa panen mundur. Di sisi lain, proyeksi FAO terhadap konsumsi pangan Indonesia akan meningkat 60 persen di 2030. Serta, naik dua kali lipat pada 2050. ”Per tahun kalau tidak salah ada pertambahan penduduk tiga juta orang di Indonesia,” katanya.

Bulog saat ini memiliki persediaan 1,2 juta ton beras. Selain itu, masih ada 500 ribu ton beras impor yang akan masuk pada 2024. ”Saat ini sudah masuk 350 sampai 400 ribu ton (beras). Ini semua carry on dari 2023. Target Maret sudah masuk semua,” katanya lagi.

Topan mengungkapkan, tahun ini Indonesia menghadapi tantangan luar biasa besar untuk produksi padi. Di sisi lain, impor tidak mudah. Terdapat 22 negara yang melakukan pembatasan ekspor. Sehingga, dibutuhkan usaha diplomasi ekstra dengan beberapa negara eksportir beras. 

Back to top button