News

Anies Bicara Nasib ‘Desak Anies’ dan ‘Slepet Imin’ Jika Menang Pilpres 2024


Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan bicara mengenai nasib acara ‘Desak Anies’ dan ‘Slepet Imin’ jika pasangan AMIN (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) menang dalam Pilpres 2024.

Anies menjelaskan, ketika memasuki abad ke 21, pemerintah sudah tidak bisa lagi menyusun kebijakan berdasarkan selera maupun persepsi. Akan tetapi, pembuatan kebijakan harus melewati proses teknokrasi dan perdebatan yang solid. Hal itu diperlihatkan dalam acara Slepet Imin dan Desak Anies.

“Jadi ke depan itu akan diteruskan, formatnya seperti apa dan lainnya kita lihat ke depan,” kata Anies di Jakarta Internasional Stadium (JIS), Jakarta Utara, Sabtu (10/2/2024).

“Tapi teman teman kalau udah mulai begini dan dihentikan apakah kata publik? Anda ini hanya elektoral saja, betul tidak?,” sambung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Anies mengaku pernah membayangkan politik Indonesia di masa depan, proses pemilihan pemilihannya sangat terbuka akan ruang dialog. Berdiskusi, merupakan ciri dari para pendiri bangsa.

“Lihat kenapa pembukaan undang undang Indonesia dikagumi dunia? karena dia merupakan saripati pikiran-pikiran dengan idealisme yang melewati daraan ujian,” kata Anies.

Dia menginginkan demokrasi modern, salah satu cirinya adalah dengan kebebasan berdialog, bertukar pikiran. Sebab, pemimpin adalah pendidik, dan setiap pendidik adalah pemimpin.

“Ketika kita memimpin sebenarnya kita melakukan pendidikan bukan pengajaran, pendidikan, pendidikan tentang apa? tentang mengapa melakukan kebijakan a dan bukan b dan itu adalah hal-hal yang bisa diperdebatkan karena tidak ada yang sifatnya mutlak, semua adalah soal pilihan-pilihan yang bisa diambil,” jelasnya.

Selain itu, Anies mengatakan bahwa dirinya selalu menempatkan ruang perdebatan sebagai public education. Sehingga ketika kebijakan dibuat maka akan ada argumen yang disiapkan untuk menjelaskan mengapa kebijakan itu patut dijalankan.

“Kami harus menjelaskan lengkap konsekuensi kebaikan yang muncul dari A dan itu semua antara komentar terhadap A dan penjelasan kami di mata publik adalah public education, karena dia mendengarkan, oh ini begini, ini begitu, itu akan membuat kesadaran kita tentang keputusan publik berdampak dan keputusan publik adalah konsen kita makin hari makin meningkat nanti,” ungkapnya.

Saat ini, lanjut dia, politik di Indonesia makin diwarnai dengan konteks kebijakan yang dominasi gosip dan intrik sehingga menghilangkan substansi.

“Tapi kalau substansi itu dominan maka dia yang akan mewarnai, pilih mana percakapan warung kopi tentang gosip dan intrik atau percakapan warung kopi tentang kebijakan atau kebijakan B,” tandasnya.

 

Back to top button