Hangout

Kasus Antraks Serang Gunungkidul, 3 Orang Meninggal

Kementerian Kesehatan menyampaikan kasus antraks kembali menyerang Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa  Yogyakarta. Sejauh ini tercatat tiga orang di Gunungkidul meninggal akibat virus tersebut.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyebut ada satu warga Semanu yang meninggal karena antraks. Dinkes telah mengambil 125 sampel di daerah terpapar dan hasilnya 85 orang positif antraks.

Mungkin anda suka

“Memang sejak lama kasus antraks menyerang berbagai daerah. Saya ketika masih bertugas sebagai DirJen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan beberapa kali menangani kasus-kasus antraks ini, antara lain pada tahun 2010 di Maros dan pada 2011 di Boyolali,” kata Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes, Tjandra Yoga Aditama kepada Inilah.com, Jakarta, Rabu (05/07/2023).

Dia menambahkan, pada kejadian di Maros tahun 2010, setidaknya ada lima sapi yang mati dalam dua pekan di Maret 2010. Satu di antaranya dipotong pada waktu sakit dan dagingnya dibagikan ke masyarakat. Menurut hasil pengujian di Balai Besar Veteriner tanggal 29 Maret 2010 maka sapi-sapi tersebut positif antraks.

“Pada pasien yang ada ketika itu maka dilakukan pengobatan dan tentu juga diambil darahnya untuk diperiksa di laboratorium. Dari pengalaman ini maka tentunya pada kejadian di Gunungkidul sekarang ini maka sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi dan memastikan antraksnya. Selain pemeriksaan darah maka juga dapat dilakukan pemeriksaan kulit, faeses dan pungsi lumbal, kalau diperlukan,” paparnya.

Sementara itu, kejadian antraks di Boyolali tahun 2011 penyebaran wabah dimulai dari adanya seekor sapi yang sakit pada akhir Januari 2011. Oleh pemiliknya, sapi tersebut dipotong untuk dikonsumsi sendiri dagingnya dan sebagian lagi dijual ke pasar.

Pentingnya edukasi terkait antraks untuk masyarakat

Pengalaman di Maros dan juga Boyolali ini menunjukkan penularan antraks dari binatang yang sakit yang kemudian dipotong dan dikonsumsi manusia, sesuatu yang perlu terus diberi pemahaman ke masyarakat luas agar jangan terus berulang kejadian dan bahkan terjadi kematian pada manusia seperti di Gunungkidul sekarang ini.

Antraks (Anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia.

“Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu dan dapat bertahan di dalam tanah, sehingga kadang-kadang antraks juga disebut penyakit tanah,” papar Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.

Masih menurut Tjandra Yoga, manifestasi penyakitnya di manusia ada tiga jenis. Pertama adalah antraks kulit, ini merupakan jenis antraks yang paling sering terjadi, tetapi tidak berbahaya. Kata Antraks memang bermakna “arang” dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.

Jenis kedua adalah antraks pencernaan serta yang ke tiga adalah antaks paru atau pernapasan, yang juga pada sebagian kasus dapat menjadi berat, menyebabkan syok serta meningitis dan bahkan kematian.

“Karena antraks adalah zoonosis dan bahkan juga ada di tanah, maka penanganannya harus melalui pendekatan One Health, yang merupakan kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan,” ujarnya.

Back to top button