Hangout

Kapolda Metro Imbau Tes Urine Anak, Pahami Prosesnya Jangan Takut!

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran mengimbau orang tua agar rutin melakukan tes urine terhadap anaknya yang diduga telah mencoba atau menjadi pengguna narkoba. Bagaimana sebenarnya pelaksanaan tes urine, apa yang harus dipersiapkan serta apakah hasilnya akurat?

Fadil menekankan bahwa tes urine itu adalah sebuah langkah pencegahan penyalahgunaan dan juga peredaran narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) di Ibu Kota Jakarta yang terus mengalami peningkatan. “Jadi, kalau ada anaknya yang sudah agak teler-teler dikit. Daripada menunggu dia tertangkap, lebih bagus rutin cek urine,” ujar Fadil kepada wartawan di Jakarta Barat, Senin (31/10/2022).

Ia juga mengajak semua kalangan termasuk mahasiswa untuk mengecek tes urine guna mendeteksi narkoba. “Semua golongan semua umur, semua profesi, termasuk polisi, wajib untuk melindungi diri dan keluarganya,” ujarnya.

Kasus penyalahgunaan narkoba di DKI Jakarta naik dari 1,8 persen menjadi 1,95 persen. Jumlah tersebut berdasarkan data yang didapat Polda Metro Jaya dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia pada tahun 2020 dan 2021.

Apa itu tes urine?

Sebenarnya tes urine atau urinalisis secara umum adalah tes yang memeriksa aspek visual, kimia, dan mikroskopis air kencing seseorang. Ini dapat mencakup berbagai tes yang mendeteksi dan mengukur berbagai senyawa yang melewati urin dengan sampel air kencing.

Penyedia layanan kesehatan sering menggunakan urinalisis untuk menyaring atau memantau kondisi kesehatan umum tertentu. Misalnya saja untuk mengetahui penyakit hati, penyakit ginjal dan diabetes, dan mendiagnosis infeksi saluran kemih (ISK). Ada juga tes urine untuk memeriksa apakah seorang atlet menggunakan obat peningkat performa, seperti steroid anabolik.

Namun tes urine saat ini lebih populer digunakan sebagai tes yang digunakan untuk mendeteksi narkoba. Metode ini sering digunakan untuk mendeteksi jika seseorang mengonsumsi narkoba atau tidak. Tujuannya jelas, mencari penggunaan dan penyalahgunaan narkoba.

Mengutip Healthline, terdapat beberapa jenis obat-obatan yang bisa terdeteksi melalui tes urine sehingga dapat mengetahui apakah seorang mengonsumsi narkoba. Seperti amfetamin, (termasuk metamfenamin), benzodiazepin, barbiturate (seperti fenobarbital dan secobarbital), mariyuana, kokain, PCP (phencyclidine), steroid, dan metadon. Termasuk Opioid meliputi heroin, kodein, morfin, dan fentanyl.

Tes urine juga dapat menunjukkan adanya kadar alkohol. Namun biasanya jika otoritas kesehatan atau hukum mencurigai bahwa seseorang telah minum berlebihan, mereka cenderung meminta tes napas atau darah.

Ada beberapa jenis tes urine. Tes immunoassay (IA) adalah yang paling umum karena ini adalah yang tercepat dan paling hemat biaya alias paling murah. Namun, pengujian IA dapat memberikan hasil positif palsu. Dalam hal ini, hasilnya menunjukkan adanya obat yang belum digunakan orang tersebut. Hasil negatif palsu juga dapat terjadi.

Jenis lain dapat mengkonfirmasi hasil tes IA. Ini disebut kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Pengujian GC-MS lebih andal daripada pengujian IA, dan dapat mendeteksi lebih banyak zat. Biasanya, tes GC-MS dilakukan sebagai tindak lanjut deteksi urine karena lebih mahal, dan hasilnya lebih lama.

Kekhawatiran bagi siapa pun yang menjalani pemeriksaan narkoba, apakah itu tes urine, rambut, air liur atau darah, adalah kemungkinan tes narkoba positif palsu. Beberapa data menunjukkan 5 hingga 10 persen dari tes narkoba dapat menghasilkan positif palsu dan 10 hingga 15 persen dapat menghasilkan negatif palsu.

Karena itu ketika skrining awal atau immunoassays menghasilkan hasil positif, tes konfirmasi kedua GC-MS harus dilakukan. Ini dapat mengurangi kemungkinan positif palsu, hampir mengurangi risiko menjadi nol. GC-MS adalah tes yang sangat spesifik untuk mengidentifikasi senyawa terpisah dalam sampel.

Pengujian kedua juga bisa mendeteksi upaya untuk mengaburkan hasil tes urine. Beberapa orang percaya bahwa penggunaan produk seperti tetes mata Visine dapat memalsukan sampel urine dan menyebabkan hasil negatif palsu untuk THC dari ganja.

Bahan-bahan dalam Visine, seperti pengawet benzalkonium klorida atau buffer borat dapat menurunkan konsentrasi 9-karboksi-THC dalam uji immunoassays urine awal. Namun dalam pengujian konfirmasi atau tes kedua dengan GC-MS, metabolit ini akan terdeteksi.

Bagaimana prosedur tes urine?

Ada beberapa langkah-langkah tes urine yang umum dilakukan. Biasanya peserta tes akan mendapat tabung atau tempat spesimen dari pihak penyelenggara tes. Sebelumnya peserta juga diminta meninggalkan semua barang yang dibawa dan mengosongkan isi kantung baju dan celana di ruangan saat mengambil sampel urine. Pada beberapa kasus, akan ada petugas penyelenggara tes yang akan menemani peserta mengambil sampel.

Kemudian bersihkan wilayah genital dengan kain lembap yang diberikan oleh petugas penyelenggara. Lalu buang urine di wadah tersebut, setidaknya dibutuhkan 45 ml sampel urine untuk pemeriksaan ini. Setelah selesai menyimpan urine, tutup wadah tersebut dengan penutup yang disediakan dan berikan pada petugas. Usahakan untuk tetap memerhatikan sampel tersebut hingga akhirnya disegel petugas.

Ada hal penting yang harus peserta laporkan kepada petugas ketika melakukan tes urine. Peserta tes urine harus memberi tahu penyedia tes jika mereka menggunakan obat resep dari dokter, atau obat bebas yang ia konsumsi maupun obat herbal hingga suplemen yang ia minum. Hal ini penting karena dapat mempengaruhi hasil tes yang bisa menyebabkan positif palsu.

Tes ini dapat menemukan tanda-tanda obat dalam beberapa jam hingga beberapa hari atau lebih sebelum tes. Berapa lama obat bertahan dalam tubuh tergantung pada jenis obat, berapa banyak yang digunakan, berapa lama menggunakannya sebelum tes, serta bagaimana tubuh bereaksi terhadap obat.

Jangan takut jika harus melakukan tes urine apalagi jika Anda tidak pernah menggunakan atau menyalahgunakan narkoba. Kalaupun Anda pernah atau sedang mengonsumsi barang haram ini dan terbukti positif dalam tes urine, gunakan ini sebagai momentum untuk melakukan rehabilitasi agar terbebas dari narkoba.

Back to top button