Arena

Kamboja Rajai SEA Games 2023 Berkat Aturan ‘Karet’ dan Invasi Atlet Naturalisasi

Banyak yang bisa dikatakan tentang aturan yang sangat tidak biasa di Kamboja saat menjadi tuan rumah pertama kali bagi Pesta Olahraga Asia Tenggara mulai 5 Mei hingga 17 Mei 2023. Yang paling kontroversial adalah aturan kelayakan yang memungkinkan Kamboja membawa sejumlah besar atlet yang mendapatkan kewarganegaraan untuk membantu mereka mendominasi di rumah sendiri.

Dalam basket saja, tim 3×3 pria Kamboja memiliki tiga pemain naturalisasi dari empat di dalam daftar, sementara tim wanita adalah semua pemain yang mendapatkan kewarganegaraan.

Tim pria, yang terdiri dari Brandon Peterson, Darrinray Dorsey, Sayeed Alkabir Pridgett, dan pemain lokal Tep Chhorath, mengalahkan Gilas Pilipinas, 20-15, untuk medali emas.

#SEAGames2023 | 3×3 Basketball – Men pic.twitter.com/X46GnC1ZKx

— SEA Sports News (@sea_sports_news) May 7, 2023

Meskipun tim wanita Kamboja tidak mampu mencapai podium di mana Indonesia mampu menyabet perunggu, komposisi mereka saja sudah cukup untuk menciptakan kegemparan dalam pertemuan dua tahunan tersebut.

#SEAGames2023 | 3×3 Basketball – Women pic.twitter.com/3vX0F9HTfH

— SEA Sports News (@sea_sports_news) May 7, 2023

Kamboja saat ini menguasai perolehan medali emas-perak-perunggu 37-32-32 per Selasa, 9 Mei 2023 pukul 13.00 WIB, beberapa orang mungkin bertanya apakah mereka bermain dengan adil?

Bahkan pemain timnas Filipina Almond Vosotros dari Gilas 3×3 menunjukkan kekecewaannya setelah kehilangan pertandingan medali emas.

“Tetap semangat, teman-teman, semua orang tahu mereka tidak bermain melawan Kamboja,” katanya dalam video SPIN viral.

Namun, berbeda dengan apa yang mungkin orang lain pikirkan, mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan tuan rumah bukanlah hal baru dalam SEA Games.

Aturan lunak tuan rumah

Sejak awal 2000-an, aturan SEA Games, dari persyaratan kelayakan hingga daftar cabang olahraga baru, telah mendapat kemudahan untuk mendukung negara tuan rumah.

Federasi SEA Games telah memberikan kelonggaran semacam itu sebagai insentif untuk tuan rumah, dalam upaya untuk mendorong berbagai negara Asia Tenggara untuk menawar hak menjadi tuan rumah.

Selain olahraga Olimpiade wajib, yaitu olahraga air, atletik, bulutangkis, basket, tinju, balap sepeda, sepak bola, menembak, tenis meja, tenis, bola voli, dan angkat berat, tuan rumah bisa menambah atau menghapus acara untuk meningkatkan jumlah medali emas mereka.

Dalam beberapa kasus seperti SEA Games 2019 di Manila, Filipina juga menambahkan handball pantai, duatlon, esports, jiu jitsu, kickboxing, kurash, sambo, skateboarding, surfing, dan wakeboarding.

Negara lain memilih untuk menambahkan olahraga lokal, seperti Vovinam Vietnam tahun lalu, dan Chinlone Myanmar pada tahun 2013, di mana mereka memenangkan enam dari delapan medali emas dalam olahraga tersebut.

Pada tahun 2007, Thailand menambahkan kategori baru sepak takraw sambil menggantikan bola rotan tradisional dengan bola karet, yang aneh dan jarang negara-negara partisipan terapkan.

Perubahan tersebut sebenarnya menimbulkan begitu banyak kontroversi, sampai-sampai Malaysia akhirnya memboikot olahraga tersebut. Akibatnya, Thailand meraih emas di semua pertandingan sepak takraw.

Jadi, meskipun Kamboja mungkin telah meregangkan aturan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kekecewaan partisipan lainnya, mereka sebenarnya tidak melanggar aturan yang ditetapkan oleh Federasi SEA Games.

Namun, saat kontroversi menghantui edisi saat ini dari SEA Games, mungkin sudah waktunya bagi Federasi SEA Games untuk memikirkan kembali aturannya untuk membuka jalan bagi kompetisi di mana fair play masih menjadi hal yang utama.

Back to top button