Market

PDB Masa SBY Lebih Tinggi Dibanding Jokowi, Tapi Ekspornya Meningkat

Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) untuk industri nonmigas pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih baik jika dibandingkan dengan masa Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Berly Martawardaya menjelaskan pertumbuhan PDB pada periode pertama SBY mampu mencapai 5,10 persen dan 6,10 persen di periode keduanya.

“Ini cukup menarik bahwa selama masa Pak Joko Widodo pertumbuhan PDB industri non migas cenderung menurun,” kata Berly dalam paparannya di acara Seminar Nasional bertajuk ‘Menolak Kutukan Deindustrialisasi Menuju Pengarusutamaan Industrialisasi Hijau’ di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Sementara pada masa kepemimpinan Jokowi, pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas berada pada angka 4,70 persen dan kembali menurun menjadi 2,10 persen di periode keduanya.

Menurut Berly, kemerosotan ini tidak luput dari adanya pandemi Covid-19 yang sempat menjatuhkan perekonomian dunia. “Walaupun memang katakanlah di periode dua itu terkena Covid-19,” ungkap Berly.

Pada masa kepemimpinan SBY, ekspor industri pengolahan barang mampu mencapai 43,70 persen di periode pertamanya. Sedangkan pada periode kedua, terjadi penurunan sebesar 6,9 persen menjadi 36,80 persen di periode keduanya.

Dan di era Jokowi saat ini, industri ekspor nyatanya mengalami peningkatan yang relatif stabil, yaitu 44,40 persen di periode pertama menjadi 45,80 persen pada periode kedua. Untuk itu, perlu ada kajian lebih lanjut melihat dari segi proporsi terhadap ekspor yang cenderung mengalami peningkatan.

“Jadi pertumbuhannya turun, tapi nilai ekspornya cenderung naik,” ujar Berly.

Selain itu, juga terdapat perbedaan yang cukup menarik antara rata-rata investasi langsung industri pengolahan. Di masa SBY, terjadi peningkatan yang cukup drastis dari periode pertama ke periode keduanya, yaitu dari USD 2,652 miliar menjadi USD 7,625 miliar.

Sedangkan di masa Presiden Jokowi terjadi penurunan investasi mulai dari USD 8,42 miliar menjadi USD 7,426 miliar.

Back to top button