News

Jokowi Berpeluang Jadi King Maker di Pilpres? Begini Analisisnya

Sejumlah pertanyaan mencuat terkait apakah Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpeluang menjadi king maker atau sosok penentu dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi, Jokowi memang bisa menjadi king maker seiring seiring approval rating atau tingkat kepuasan masyarakat yang masih tinggi terhadap kinerja Presiden Jokowi.

“Yang menarik buat kita, apa sih gunanya approval rating ini? Buat Presiden Jokowi yang tidak bisa maju lagi di Pilpres 2024, apa fungsinya Presiden memiliki approval rating di saat secara konstitusional dia terhalang maju lagi, kita kan belakangan diskusi soal king maker. King maker itu baru bisa dimainkan oleh Jokowi, konteksnya dalam pertarungan 2024,” kata Burhanuddin melalui channel YouTube Indikator Politik Indonesia, dipantau di Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Burhanuddin membandingkan dengan approval rating yang terjadi di periode kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Kalau Kita lihat di zaman SBY approval rating periode kedua cenderung turun dibanding pertama, soal nggak puas dan puas, itu di zaman SBY approval rating Pak SBY pernah 85 persen. Bahkan, di masa Pak Jokowi mencapai setinggi zaman Pak SBY Juli 2009, jadi dengan pengukuran sama kita pernah temukan approval Pak SBY 80-85 persen,” katanya.

Burhanuddin menilai, jika kepuasan masyarakat terhadap Jokowi turun, maka kemungkinan besar semua orang akan menjauh.

“Sekarang karena approval Jokowi tinggi, Prabowo dan Ganjar kan rebutan pengaruh Pak Jokowi, jadi menurut saya melihat approval Pak Jokowi sepertinya sudah jelas 2024, bukan Ganjar, Prabowo, Anies. Tapi yang menang Pak Jokowi, tapi kalau approval rating Jokowi turun jelang 2024 semua orang akan menjauh dari Pak Jokowi,” katanya.

Diketahui, berdasarkan hasil survei terbaru Indikator, 81 persen responden mengaku puas dengan kinerja Jokowi.

“Kinerja Presiden, kita dapati bahwa mayoritas menilai cukup puas dengan kinerja Jokowi ada 66,4 persen. Kalau kita agregat total cukup puas dan sangat puas 14,8 persen, ada (sekitar) 81 persen,” kata Direktur Riset Indikator Politik Indonesia Moch Adam Kamil.

Secara rinci, masyarakat yang cukup puas 66,4 persen, sangat puas 14,8 persen, kurang puas 16,1 persen, tidak puas sama sekali 1,8 persen, dan tidak menjawab 1,0 persen.

Sementara untuk kinerja demokrasi, masyarakat yang sangat puas 4,2 persen, cukup puas 72,5 persen, kurang puas 17,4 peraen, tidak puas sama sekali 1,8 persen, dan tidak menjawab 4,2 persen.

Sebagai informasi, survei tersebut dilakukan pada 15 hingga 21 Juli 2023, dengan populasi survei terdiri atas warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilu, yakni mereka yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling yang diikuti sebanyak 1.811 responden. Wawancara dilakukan secara tatap muka, dengan margin of error sekitar kurang lebih 2,4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Back to top button