Market

Jelaskan Pupuk Subsidi Langka, Petani Jateng Tak Percaya Jokowi


Ada kejadian menarik ketika Presiden Jokowi menjelaskan soal sulitnya petani mendapatkan pupuk bersubsidi di acara Pembinaan Petani se-Jawa Tengah pada Selasa (2/1/2024) lalu. Petani tak puas dengan penjelasan itu.  

Dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Jakarta, Jumat (5/1/2024), Jokowi mengaku sudah tahu keluhan petani soal pupuk bersubsidi sejak 2020. “Saya itu kalau ke desa ketemu petani, sejak 2020. Keluhanya selalui satu, pupuk. Utamanya pupuk bersubsidi. Bener? Saudara-saudara tahu, ada ceritanya,” kata Jokowi.  

Panjang lebar Jokowi menjelaskan soal terbatasnya pupuk bersubsidi. Diawali dengan pandemi COVID-19 yang memicu ketidakpastian ekonomi global. Kemudian melahirkan krisis di sejumlah negara. Mulai dari krisis ekonomi, energi dan pangan.

“Karena COVID-19. Bahkan, 96 negara ssaat ini telah menjadi pasien IMF. Banyak negara jatuh tergelimpang karena COVID-19. Bayangkan 96 negara dari 200 lebih,” kata Jokowi.

Pada awal 2020, muncul perang Rusia-Ukraina. Jokowi menceritakan hasil kunjungannya ke Ukraina dan Rusia pada Juni 2020. Padahal, perang Rusia-Ukraina pecah pada 2022 dan Jokowi berkunjung ke 2 negara itu pada 29-30 Juni 2022. Dalam kunjungan ini, Jokowi mengatakan, perang menjadikan penduduk kedua negara bahkan dunia, menderita.

Saat berkunjung ke Ukraina, misalnya, Jokowi bertemu Presiden Zelensky. Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI itu, kaget mendengar cerita Presiden Zalensky, bahwa ada 77 juta ton gandum macet di Ukraina. Tak bisa diekspor. Karena pelabuhan terus-menerus dibom. 

Ketika bertemu Presiden Putin, Jokowi lebih kaget lagi. Lantaran ada 130 juta ton gandum juga tak bisa ekspor. “Totalnya 207 juta ton gandum terhenti di Rusia dan Ukraina. Saya mikir saat itu, Alhamdulillah penduduk Indonesia makannya beras. Tapi ternyata, yang namanya pupuk, bahan bakunya berasal dari Rusia dan Ukraina,” Kata Jokowi.

Ketika Jokowi berhenti sejenak untuk menarik nafas, spontan saja petani meneriakkan ‘wu’. Pertanda kecewa, atau bisa jadi geregetan karena pernyataan Jokowi justru berbanding terbalik dengan kenyataan. Keberpihakan Jokowi kepada petani, diragukan. 

Mendengar teriakan itu, Jokowi dengan alis terangkat menimpali. “Jangan di-wuu. Ini fakta. Sehingga barang ini (gas) menjadi sulit keluar. Dari Ukraina dan dari Rusia. Bahan bakunya tidak ada, berarti harganya?”tanya Jokowi. Kompak petani menjawab: “naik.”

Dari penjelasan ini, Jokowi sebenarnya paham betul bahwa harga gas dunia menjadi mahal, dampak konflik Rusia-Ukraina. Ironisnya, Jokowi yang sudah tahu harga gas mahal, justru membiarkan anggaran subsidi pupuk, turun terus. Jika memang berpihak kepada petani, Jokowi seharusnya tidak diam. 

Pada 2020 saat Covid-19 masuk Indonesia, misalnya, subsidi pupuk ditetapkan Rp31 triliun. Turun dibandingkan 2019 yang mencapai Rp34,4 triliun.

Selanjutnya pada 2021, subsidi pupuk turun lagi Rp29,1 triliun. Tahun 2022 anjlok Rp25,3 triliun. Setahun kemudian, subsidi pupuk jeblok lagi ke level Rp24 triliun.

Tahun ini, anggaran subsidi pupuk naik Rp2 triliun menjadi Rp26 triliun. Belakangan, Jokowi berniat menambah subsidi pupuk Rp14 triliun, menjadi Rp40 triliun.

 

Back to top button