Market

Jangan Senang Dulu Neraca Perdagangan Surplus 41 Bulan, Industri Banyak yang Nganggur

Jangan senang dulu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada September 2023 mengalami surplus dalam 41 bulan. Angkanya US$3,42 miliar, setara Rp51,3 triliun (kurs Rp15.000/US$). Pertanda industri banyak yang menganggur.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengingatkan adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal. Gambaran melemahnya perekonomian dunia. Artinya, permintaan barang produksi Indonesia menurun yang berdampak kepada operasional industri.

Pada 2022, perdagangan dunia mengalami pertumbuhan sebesar 2,7 persen. Tahun ini, diprediksi terjun bebas ke level 1,7 persen. Alhasil, permintaan barang ekspor dari Indonesia juga anjlok.

“Implikasinya, perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia, impornya cukup tinggi. Otomatis, perusahaan tersebut akan mengurangi pembelian bahan baku dan barang modal, termasuk mesin. Kondisi ini juga berdampak pada penurunan utilitas,” kata Tauhid, dikutip Senin (16/10/2023).

Idealnya, kata Tauhid, level utilisasi industri berada di kisaran 70-80 persen. Lantaran sepi order, mereka turunkan utilisasi hingga tersisa 60 persen, bahkan bisa lebih rendah lagi. Sementara mengandalkan pasar dalam negeri, agak sulit. Lantaran, daya beli masyarakat masih kembang-kempis.

Asal tahu saja, BPS mencatat nilai impor bahan baku atau penolong, turun hingga 4,68 persen secara bulanan. menjadi US$12,69 miliar pada September 2023.

Adapun, tren penurunan nilai impor bahan baku/penolong juga terjadi pada Agustus 2023, sebesar 4,13 persen menjadi US$13,34 miliar. Secara tahunan, nilai impor bahan baku merosot tajam dari US$14,90 miliar.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar W. mengatakan penurunan nilai impor bahan baku/penolong belum begitu signifikan mengingat kontribusinya terhadap keseluruhan nilai impor sebesar 73,19 persen, atau senilai US$12,69 miliar.

“Impor bahan baku/penolong turun 4,86 persen ini, terutama didorong oleh penurunan impor komoditas ampas dan sisa industri makanan, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan juga mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya,” kata Amalia.

Selain itu, kata Amalia, nilai impor barang modal juga mengalami penurunan 12,27 persen sebesar US$2,98 miliar. Didorong anjloknya impor mesin dan peralatan mekanis, serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, dan penurunan impor kapal, perahu, dan struktur terapung.

“Impor Indonesia menurut penggunaan pada September 2023, barang konsumsi 1,67 miliar dolar AS, atau turun 22,10 persen secara bulanan,” ujarnya.

Back to top button